"Agak ke utaranya. Di situ (kedua mahasiswa ini) ketemu dengan seseorang, diajak mampir ke rumahnya. Sampai di rumahnya, (mereka) diberi suguhan dijamu makanan, dan lainnya,” kata Sudirman.
Dari obrolan mereka itu, kata dia, ke dua mahasiswa tersebut bertanya kepada si pemilik rumah. “Dan bertanyalah si mahasiswa, ini desa apa. Dijawablah ini Desa Penari,” kata Sudirman.
Baca Juga: Kota Tasikmalaya Darurat Sampah. LPLHI: Citra Sebagai Kota Resik Semakin Tergerus
Selanjutnya karena hari sudah sore, ke dua mahasiswa ini kemudian pamit pulang.
“Saat pulang itu (mereka) diberi bingkisan. Bingkisan ini bagus, kemasannya pakai kertas koran, gitu kan,” katanya.
Lalu, kata dia, bingkisan itu dimasukan ke dalam tas dan dibawa pulang. Mereka kemudian langsung ke lokasi wisata Rowobayu, dan bertemu dengan rekan-rekan mahasiswa lainnya.
Baca Juga: Hati-hati dengan Jeratan Pinjaman Online. OJK Telah Membekukan 3.800 Pinjol Ilegal
“Dibawah tiang bendera itu ada bundaran bangunan. Teman-temannya di situ. Ceritalah mahasiswa ini bahwa dari atas dan ada desa, namanya Desa Penari,” katanya.
Nah, kata Sudirman, temannya protes karena tak ada desa di tempat yang ditunjukan itu.
“Gak mungkin ada desa, kata temannya. Ini saya diberi oleh-oleh, ayo dibuka,” cerita Sudirman, menirukan pembicaraan para mahasiswa itu.