Aksioma keempat pertunjukan bukan pusat perhatian, pemain hanya bertugas untuk menyajikan permainan, pemahanan dan unsur apa yang akan direspon itu bergantung kepada penonton. Aksioma ini menekankan fleksibelitas dan variasi. Aksioma kelima seluruh elemen pertunjukan sangat memungkinkan menjadi bagian dari pertunjukan, misalnya keberadaan kru dan fotografer.
Aksioma keenam, yaitu naskah tidak perlu menjadi titik awal, bahkan naskah bisa saja rampung ketika pertunjukan telah selesai.
Pertunjukan Ngaos Art semalam mencoba mengusung aksioma-aksioma tersebut dengan seting tempat musola, dapur umum, dan warung. Namun, ada beberapa aksioma yang luput dari pementasan tersebut. Meski begitu, sutradara pertunjukan menilai bahwa hal tersebut diperlukan sebagai langkah dalam proses pembelajaran.
Baca Juga: Segarnya Es Susu Bunga Telang, Minuman untuk Menu Takjil. Penghilang Dahaga yang Wajib Dicoba!
Sebelumnya, pegiat teater legendaris Tasikmalaya, yang merupakan pendiri dari Teater Dongkrak Wit Jabo, turut menyaksikan kedua pertunjukan tersebut dalam acara gladi bersih. Ia banyak memberikan kritik dan saran.
Terkait peringatan Hatedu 2023, Wit Jabo mengatakan bahwa makna Hatedu adalah ajang untuk instrospeksi insan teater, bukan hanya sekedar peringatan. Pegiat teater harus lebih mengembangkan kemampuannya, dan meningkatkan produktifotasnya. Dapat menciptakan ekosistem teater yang lebih hidup.
Ada pun hambatan yang dalam kegiatan seni teater adalah regenerasi. Teater memang seni yang cukup sulit dan butuh perjuangan sehingga tidak mudah untuk mendapatkan bibit-bibit baru.
Baca Juga: Mengenal Lasminingrat, Wanita Asal Garut Yang Jadi Inspirasi Google Doodle Hari Ini
Wit Jabo berharap seni teater dapat diterima dan masuk ke seluruh lapisan masyarakat, sebagaimana disiplin seni yang lain, dan banyak diminati serta digeluti oleh generasi muda.***