Penyebaran Penyakit Mpox Kian Meluas, WHO Gelar Pertemuan Darurat

- 8 Agustus 2024, 21:00 WIB
Virus Mpox (warna oranye) menginfeksi sel-sel yang digambarkan dalam warna hijau.*/ News.UN.org
Virus Mpox (warna oranye) menginfeksi sel-sel yang digambarkan dalam warna hijau.*/ News.UN.org /

KABAR PRIANGAN - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengadakan pertemuan darurat untuk membahas penyebaran Mpox yang telah meluas di luar Republik Demokratik Kongo, Rabu 7 Agustus 2024. Dalam pertemuan tersebut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memberikan saran apakah wabah tersebut merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang memengaruhi dunia.

Tedros mengumumkan wabah Mpox telah melanda dengan jumlah hampir 27.000 kasus di DRC dan menyebabkan sekitar 1.100 kematian, banyak di antaranya adalah anak-anak. Mpox, sebelumnya dikenal sebagai monkeypox, adalah penyakit virus endemik di Afrika Tengah dan Barat. Penyakit menular ini disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia dari hewan yang terinfeksi dan juga dapat menular antarmanusia melalui kontak fisik yang dekat. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada manusia pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo, menyebabkan demam, nyeri otot, dan lesi kulit seperti bisul besar.

Baca Juga: Pecah Telur! Veddriq Leonardo Sumbang Emas Pertama untuk Indonesia di Olimpiade Paris 2024

Pada Mei 2022, infeksi Mpox melonjak secara global, terutama memengaruhi pria gay dan biseksual, karena subklade Klade IIb. Wabah tersebut membuat WHO menyatakan keadaan darurat kesehatan masyarakat internasional (PHEIC) yang berlangsung dari Juli 2022 hingga Mei 2023. Wabah tersebut kini sebagian besar telah mereda. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak fisik dengan orang yang terinfeksi, hewan, atau bahan terkontaminasi. Gejala penyakit ini meliputi ruam kulit atau lesi, disertai demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Logo Word Healt Organization (WHO).*/ Pixabay/padrinan
Logo Word Healt Organization (WHO).*/ Pixabay/padrinan

Mpox mendapat perhatian global dua tahun lalu setelah kasus-kasus muncul di seluruh dunia di tengah pandemi Covid 19. Wabah tersebut dinyatakan sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang mempengaruhi dunia pada Juli 2022 dan berakhir pada Mei tahun berikutnya. Tedros menyebutkan bahwa RDC mengalami wabah Mpox yang parah sejak awal tahun ini. Lebih dari 14.000 kasus dan 511 kematian telah dilaporkan.

Baca Juga: Persib Vs PSBS Biak, Maung Bandung Pakai Jersey Khusus Saat Laga Perdana BRI Liga 1 2024 2025

"Ini merupakan wabah terparah yang terjadi di negara itu sejak awal tahun ini. Meskipun wabah telah dilaporkan di negara itu selama beberapa dekade, dan jumlah kasus yang dilaporkan setiap tahunnya terus meningkat, jumlah kasus untuk enam bulan pertama tahun ini sama dengan total selama tahun 2023," ucap Tedros.

Wabah Mpox disebabkan virus Klade

Tedros menjelaskan bahwa wabah Mpox disebabkan oleh virus yang berbeda yang disebut klade. Klade 1 telah beredar di RDC selama bertahun-tahun, sedangkan Klade 2 bertanggung jawab atas wabah global yang dimulai pada tahun 2022. “Klade 1b yang menyebabkan penyakit lebih parah daripada klade 2, telah dikonfirmasi di Kenya, Rwanda, dan Uganda, sedangkan klade di Burundi masih dalam analisis," tuturnya.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil

Sumber: Aljazeera.com, news.un.org, voanews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Berita Pilgub