KABAR PRIANGAN - Perkembangan teknologi digital telah berperan menggerus kelangsungan hidup seni budaya. Faktanya, budaya korea maupun Jepang kini mendominasi gaya hiduo generasi milenial.
"Generasi saat ini termasuk di Tasikmalaya justru lebih hafal biografi penyanyi korea ketimbang maestro kawih asal Tasikmalaya sekelas Mang Koko," kata kata Ketua Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya Bode Riswandi.
Hal itu dikatakan Bode saat Musyawarah Kerja DKKT di RM Baraya Sunda Sabtu, 27 Februari 2021. "Mereka juga lebih fasih bicara mode maupun budaya asing ketimbang perkembangan daerahnya sendiri," katanya.
Baca Juga: Ketua DKKT Bode : Pandemi Bukan Halangan untuk Berkreasi
Banyaknya karya-karya seni digital, termasuk di masa pandemi Covid-19 saat ini menjadi kajian serius jajaran pengurus DKKT. "Karya mereka tentu saja harus tetap diwadahi, diakui dan diperlakukan sebagai karya seni yang sesuai dengan fitrahnya," kata dia.
Menyadari adanya semacam sinyal bahaya yang "merongrong" seni budaya serta merespon maraknya karya seni digital, kata Bode, pihaknya tak bisa berdiam diri.
Salah satu program yang akan dilaksanakan diantaranya penerbitan buku bertajuk "Bunga Rampai Seniman dan Budayawan Tasikmalaya", menggelar festival kawih Mang Koko, fasilitasi pengelolaan website DKKT yang lebih baik, produksi film dokumenter hingga pelatihan virtualisasi berkesenian.
Baca Juga: Dewan Kebudayaan Sumedang Harus Mampu Mengimplentasikan Nilai Budaya Sunda
Ketua Dewan Penasehat DKKT, Hj. Rukmini Yusuf Affandi memandang jajaran Pengurus DKKT cukup peka terhadap perkembangan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat dalam merespon seni budayanya.