Diskursus 'Pemajuan Kebudayaan Melalui Literasi Sastra' di Tasikmalaya

- 28 Juni 2021, 08:32 WIB
Sejumlah sastrawan memberikan padangannya dalam diskursus “Pemajuan Kebudayaan Melalui Literasi Sastra” di Hotel Horison Tasikmalaya, Sabtu 26 Juni 2021.
Sejumlah sastrawan memberikan padangannya dalam diskursus “Pemajuan Kebudayaan Melalui Literasi Sastra” di Hotel Horison Tasikmalaya, Sabtu 26 Juni 2021. /kabar-priangan.com/ Aris Mohamad Fitrian/

KABAR PRIANGAN - Gebyar gerakan literasi pada sejumlah komunitas di masyarakat Tasikmalaya memang saat ini sedang menggema dimana-mana.

Upaya inipun guna melanjutkan apa yang sudah dilakukan para pendahulu.

Akan tetapi sejauh ini, persoalannya bukan terletak pada minat baca yang masih kurang.

Melainkan kurangnya daya baca masyarakat Tasikmalaya. Sebab selagi masih ada toko buku, disitu masih ada pembaca.

Baca Juga: Pasien Corona Membludak, Ruang Rawat Inap RSUD SMC Tasikmalaya Disulap Jadi Ruang Isolasi

"Apakah betul Tasikmalaya itu minat bacanya rendah, saya kira tidak. Yang masih harus dibangun bukan minat bacanya, akan tetapi daya bacanya yang harus ditingkatkan," jelas Sastrawan yang juga Ketua Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya, Bode Riswandi, dalam Diskursus “Pemajuan Kebudayaan Melalui Literasi Sastra” di Hotel Horison Tasikmalaya, Sabtu 26 Juni 2021.

Dijelaskan dia, bahwa tidak ada kata akhir untuk gerakan literasi. Baik dunia masih berkembang atau sedang terpuruk, literasi adalah unsur terpenting agar melek terhadap suatu keadaan.

Masyarakat tidak bisa menyerahkan semua sebagai tanggung jawab pemerintah. Justru harus ada kolaborasi antara keduanya.

Baca Juga: Banyak Nakes Berguguran, Membuat Warga Takut Divaksin

Halaman:

Editor: Sep Sobar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x