Masyarakat Desa Bantarmara Sumedang 12 Tahun Alami Krisis Pangan, Ini Penyebabnya

- 25 Januari 2022, 17:12 WIB
Areal pesawahan di wilayah Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, pada musim hujan ini baru bisa ditanami padi. Biasanya lahan pertanian di sana selalu mengalami kekeringan, akibat buruknya Daerah Irigasi Sentig Kiri.
Areal pesawahan di wilayah Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, pada musim hujan ini baru bisa ditanami padi. Biasanya lahan pertanian di sana selalu mengalami kekeringan, akibat buruknya Daerah Irigasi Sentig Kiri. /kabar-priangan.com/Taufik Rohman/

KABAR PRIANGAN - Selama hampir 12 tahun ini, masyarakat Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, sering mengalami krisis pangan, akibat kurang berfungsinya lahan pertanian padi di wilayah mereka.

Padahal sebelumnya, wilayah Bantarmara ini merupakan salah satu daerah penghasil padi terbesar di wilayah Kecamatan Cisarua.

Namun sejak Daerah Irigasi (DI) Sentig Kiri, putus terbawa longsor di Blok Rayawan Desa Kebonkalapa, Kecamatan Cisarua, pada tahun 2010 lalu, puluhan hektar lahan pesawahan di daerah itupun akhirnya menjadi terlantar alias tidak terairi.

Baca Juga: Soal Pengunduran Diri Kades yang Selingkuh, Begini Penjelasan DPMD Sumedang

"Memang betul, selama hampir 12 tahun ini warga kami sering mengalami krisis pangan. Penyebab utamanya, tiada lain karena DI yang mengairi lahan pertanian di daerah kami tidak berfungsi dengan baik," kata Kepala Desa Bantarmara Ny. Mari Marlianti Hegar, Selasa, 25 Januari 2022.

Dikatakan Mari Marlianti, semenjak DI Sentig Kiri dari Sungai Cipeles tersebut putus, puluhan hektar lahan pesawahan di wilayah Desa Bantarmara, akhirnya menjadi tidak terairi, sehingga pengolahan lahan pertanian menjadi kurang optimal.

Sebelum DI Sentig Kiri putus terbawa longsor, sambung Mari, sebanyak 72 hektar lahan pesawahan ini, awalnya bisa digarap tiga musim dalam setahun.

Baca Juga: Ini Kronologi Selingkuh Oknum Kades di Sumedang, Dari Ngamar di Hotel hingga Urusan Hukum

Tapi semenjak DI tersebut rusak, sekarang paling hanya bisa digarap satu kali dalam setahun. Seperti pada musim hujan sekarang, puluhan hektar sawah di sana, baru kembali bisa difungsikan untuk pertanian padi.

Halaman:

Editor: Nanang Sutisna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x