Dalam pesannya, Sahima mengungkap bahwa perang, konflik, ekstrimisme, dan hal-hal semacam itu, yang melanda dunia kali ini membuat orang-orang lupa akan esensi kemanusiaan.
Dalam kondisi demikian, perempuan yang telah memainkan 170 lakon sepanjang kariernya itu mengajak para pegiat teater di seluruh dunia untuk bersama-sama menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan.
Menurutnya, para pegiat teater telah mencurahkan segala hidupnya untuk menyampaikan pesan kemanusiaan melalui panggung. Hal ini merupakan dasar kuat bagi para pegiat teater untuk berada di garis depan menyuarakan nilai kemanusiaan untuk menolak segala bentuk kebrutalan, rasisme, konflik berdarah, cara pandang yang sempit, dan ekstrimisme, sebagaimana peran mereka di atas panggung.
Baca Juga: Wow, Ternyata Bang Edi Preman Pensiun Aslinya Seorang Politisi! Berikut Kisah Singkatnya
Sekilas The International Theatre Institute (ITI)
The International Theatre Institute (ITI) adalah organisasi yang bergerak di bidang seni pertunjukan di seluruh dunia. Lembaga ini dibentuk oleh Direktur Jenderal UNESCO yang pertama, Sir Julian Huxley, dan John Boynton Priestley yang merupakan seorang penulis lakon drama asal Inggris pada tahun 1948.
Perdiridian ITI hanya berselang tiga tahun pasca Perang Dunia ke-2. Tahun itu juga merupakan tahun dimulainya Perang Dingin yang membagi dunia menjadi Blok Barat, Blok Timur, dan Negara Dunia Ketiga.
Selain sejalan dengan visi dan misi UNESCO, ITI memiliki fokus khusus untuk mengembangkan seni pertunjukan dan senimannya yang tersebar di seluruh dunia. Lembaga ini berupaya melindungi dan mengadvokasi bentuk-bentuk ekspresi budaya tanpa membeda-bedakan usia, jenis kelamin, keyakinan, dan etnis.
Organisasi seni pertunjukan terbesar di dunia ini menyelenggarakan pertukaran dan kolaborasi budaya, pendidikan seni pertunjukan, dan pemberdayaan pemuda di seluruh dunia.