Saat Ramadhan Pesanan Keranjang Parsel di Tasikmalaya Naik, Sayang Bambu Sulit Didapat Akibat Bukitnya Habis

- 29 Maret 2023, 19:31 WIB
Engkus (64) ditemani anaknya, Mila (35), sedang membuat keranjang parsel di sentra pengrajin bambu Situ Beet, Kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Rabu 29 Maret 2023.*
Engkus (64) ditemani anaknya, Mila (35), sedang membuat keranjang parsel di sentra pengrajin bambu Situ Beet, Kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Rabu 29 Maret 2023.* /kabar-priangan.com/Istimewa

KABAR PRIANGAN - Sejumlah pengrajin anyaman bambu di Sentra Kerajinan Bambu (SKB) Kota Tasikmalaya mengeluhkan sulitnya bahan baku pembuatan keranjang parsel pada Ramadhan 1444 H ini. Para pengrajin mengatakan, sulitnya bahan baku berupa bambu karena banyak perbukitan di Kota Tasikmalaya yang biasanya menjadi lumbung bambu habis karena dijadikan tambang pasir.

Menurut pengrajin, dulu untuk mendapatkan bambu tinggal ke gunung beli dari pemiliknya langsung segingga harganya murah. "Sekarang mah bukitnya sudah tidak ada karena habis ditambang sehingga bambu sulit didapat," ujar Engkus (64) salah seorang pengrajin anyaman bambu di Kampung Situbeet Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya, Rabu 29 Maret 2023.

Saat ini, sambung Engkus, untuk mendapatkan bambu para pengrajin terpaksa membeli dari matrial dengan harga jauh lebih mahal. "Kalau dari gunung langsung paling Rp 7.000 per leunjeur (batang). Kalau sekarang beli dari matrial harga satu batangnya bisa mencapai Rp 25.000," katanya.

Baca Juga: Bulan Ramadhan, Pengrajin Kue Kering di Padaherang Pangandaran 'Marema' Pesanan untuk Lebaran

Sehingga, biaya produksi anyaman bambu-pun menjadi tinggi. Sementara untuk penjualan barang harganya tetap. "Ya harga jual mah tetap, Pak, paling naiknya juga sedikit karena kalau dinaikkan terlalu tinggi tidak akan ada yang beli," katanya.

Dengan kondisi seperti itu, banyak pengrajin anyaman bambu di daerahnya yang berhenti berprofesi sebagai pengrajin anyaman bambu. Warga banyak yang beralih profesi menjadi pedagang atau bekerja di tambang pasir. "Kalau dulu mah hampir 90 persen masyarakat di sini bermatapencaharian sebagai pengrajin anyaman bambu, makanya daerah Situbeet disebut sebagai sentra anyaman bambu. Tapi sekarang warga yang masih bertahan bisa dihitung jari," ujar Engkus.

Dari sisi pesanan kata Engkus, untuk keranjang parsel saat ini sedikit mengalami penurunan. Hal itu karena penurunan ekonomi masyarakat yang belum pulih pasca Covid-19. "Saya saja yang biasa memasok hampir 1.000 keranjang ke pasar sentra kerajinan di Rajapolah, kini paling hanya 300 keranjang saja yang dipesan," katanya. 

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x