KABAR PRIANGAN – Dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia memiliki tradisi khas, salah satunya adalah ziarah kubur atau lebih umum disebut nyekar.
Dilansir oleh kabar-priangan.com dari artikel berjudul “Memaknai Tradisi Nyerkar” karangan Abdul Wahab Saleem, S.So.I, M.Si., dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, yang diunggah di laman ftk.unisnu.ac.id, nyekar memiliki makna yang lebih spesifisk dari ziarah kubur.
Menurut Abdul Wahab, nyekar bermakna menabur bunga. Tradisi nyekar menjelang bulan Ramadhan ini merupakan akulturasi budaya antara Jawa, Islam, dan Hindu.
Baca Juga: Resep Menu Takjil Es Melon Nata de Coco. Bikin Seger, Manis, Murah dan Gak Pakai Susu
Dalam kepercayaan Jawa, arwah orang-orang yang sudah meninggal akan menemui keluarganya di dunia nyata setiap bulan ke-8 yang dalam kalender Jawa disebut Ruwah.
Bulan Ruwah merupakan momentum untuk saling “bertegur sapa” antara mereka yang masih hidup dan sudah meninggal. Dalam tradisi Hindu salah satu medium untuk “bertegur sapa” tersebut adalah bunga alias sekar dalam bahasa Jawa.
Ruwah berasal dari kata arwah. Berdasarkan keyakinan ini, maka tiap bulan Ruwah (Rewah dalam bahasa Sunda) atau Sya’ban dalam kelender Hirjiah, sebagian masyarakat menggelar tradisi yang dalam bahasa Sunda dikenal dengan istilah Ngarewahkeun.
Tradisi nyekar kemudian beradaptasi dengan syariat Islam, yakni ziarah kubur. Hasilnya, dalam tradisi nyekar di Indonesia, terdapat fenomena unik.