Selain itu masyarakat umum yang tertarik mengetahui dahsyat dan begitu berkuasanya media cetak pada zamannya.
Baca Juga: Empat Destinasi Wisata Garut Yang Viral di TikTok. dari Ngamplang Hingga Darajat Pass
Kin sendiri mengatakan awal mula dirinya tertarik mengunggah media-media cetak koleksinya ke media sosial sekitar tahun 2015. Menurutnya, hal itu berawal dari pertemanan dan bergabung dengan Fanpage Grup Kemadil (Keluarga Eks Majalah/Tabloid ADIL) Jakarta di Facebook.
"Saya mulai sering mengunggah sampul koleksi ADIL yang dimiliki sejak terbit dengan format baru pada tahun 1996, hingga dilikuidasi dari peredaran pada tahun 2022," ujarnya saat bertemu Harian Umum Kabar Priangan di Tasikmalaya pada awal Juli 2015.
Ternyata, lanjut Kin, postingan cover-cover Tabloid Berita Mingguan ADIL dalam berbagai isu ketika zaman Orde Baru hingga Era Reformasi tersebut mendapat respons seru dari para mantan awak ADIL, mulai mantan wartawannya hingga eks pemimpin redaksinya.
Baca Juga: Ketua Parmusi Garut Nilai Visi Taqwa Kabupaten Garut Tak Jelas
"Banyak eks wartawan senior ADIL yang sebelumnya bekerja di Tabloid DeTIK turut berkomentar ketika saya posting cover misalnya Kerusuhan Situbondo pada 1996," ujar alumni Politeknik ITB (kini Politeknik Negeri Bandung) itu.
"Selanjutnya saling komentar dan berkisah mengenai suka duka yang terjadi di balik peliputan berita itu, cerita masa kerusuhan Mei 1998, hingga suksesi kepemimpinan Presiden Soeharto," tutur mantan karyawan salah satu perusahaan distributor itu.
Atas respons tersebut meskipun dirinya bukan orang intern ADIL, tetapi sebagai eks pembaca setia merasa bagian media itu. "Saya turut larut berbagi cerita dan kisah, sungguh menjadi nostalgia," kata pria yang pernah aktif di beberapa komunitas radio siaran radio luar negeri (SW).