Baca Juga: Wisata Religi Masjidil Aqsa, Memperingati Peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW
Ajip dibesarkan oleh nenek dari pihak ibu ketika berusia dua tahun karena orangtuanya bercerai. Kemudian ia dibawa oleh paman dari pihak ayah untuk tinggal di Jakarta.
Pada saat itu kehidupan Ajip dapat dikatakan kekurangan. Namun hal tersebut memotivasi dirinya untuk bergerak bangkit dan meningkatkan taraf hidup.
Terbukti ia sukses dalam bidang penulisan, sastra, dan penerbitan. Ia menjadi salah satu tokoh sastra paling muda jika dibandingkan dengan tokoh lain pada zamannya.
Ajip mengawali pendidikan dasarnya di Jatiwangi. Kemudian ia meneruskan SMP di Majalengka, lalu berpindah ke Bandung, dan Jakarta.
Ia idak menamatkan pendidikan SMAnya. Tapi ia sudah memulai karir menulisnya sejak SD. Tulisannya dimuat di Surat Kabar Indonesia Raya ketika ia kelas enam.
Di usia 14 tahun, tulisannya dimuat di Mimbar Indonesia Raya, Gelanggang, Siasat, dan Keboedayaan Indonesia. Bahka ia menjadi pengurus majalah Shoeloeh Pelajar diusia 15 tahun.
Usia 17 tahun ia menjadi redaktur majalah Prosa. Kemudian tahun 1964-1970 ia menjadi redaktur penerbit Tjupumanik, tahun 1968-1979 ia menjadi redaktur Budaya Jaya.
Pada tahun 1966-1975 menjabat sebagai ketua Paguyuban Pengarang Sastra Sunda, dan memimpin penelitian pantun dan folklor sunda.