Pemerintah Resmi Batalkan Rencana Pemberian Intensif Mobil Hybrid, Ini Alasannya

- 8 Agustus 2024, 22:00 WIB
Ilustrasi: Pemerintah RI tidak akan memberikan intensif untuk mobil hybrid maupun untuk mesin pembakaran internal.*/Pexels.com/Mike Bird
Ilustrasi: Pemerintah RI tidak akan memberikan intensif untuk mobil hybrid maupun untuk mesin pembakaran internal.*/Pexels.com/Mike Bird /

KABAR PRIANGAN – Baru-baru ini, Pemerintah Republik Indonesia resmi menyatakan pembatalan pemberian intensif bagi mobil hybrid. Keputusan tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam acara konferensi pers tentang Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 di Jakarta. Dalam konferensi pers tersebut Airlangga menyatakan bahwa Pemerintah RI tidak akan memberikan intensif untuk mobil hybrid maupun untuk mesin pembakaran internal.

Hal itu karena penjualan dari kendaraan hybrid sudah dianggap memuaskan. Bahkan Airlangga menambahkan, bahwa penjualan mobil hybrid sudah dua kali lipat lebih banyak dibandingkan penjualan mobil listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV). "Untuk sektor otomotif, kebijakan sendiri sudah dikeluarkan dan tidak ada perubahan tambahan lainnya. Jika dilihat lihat, penjualan mobil hybrid jumlahnya sudah dua kali lebih banyak dibandingkan dengan mobil listrik murni (BEV)," ucapnya pada konferensi pers tersebut.

Produk mobil hybrid dinilai sudah berjalan sesuai mekanisme

Disampaikannya, perkembangan produk hybrid sudah berjalan sesuai dengan mekanisme yang ada sekarang. "Tentu kami akan mendorong agar kendaraan listrik di Indonesia dapat berkembang lebih cepat lagi. Dari pameran otomotif GIIAS 2024 kemarin, hasilnya relatif bagus untuk mendorong penjualan," ujar Airlangga.

Baca Juga: Penyebaran Penyakit Mpox Kian Meluas, WHO Gelar Pertemuan Darurat

Dilansir dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), selama semester pertama 2024 (Januari-Juni) penjualan distribusi mobil hybrid (HEV) di Indonesia mencapai 24.066 unit atau naik sebesar 46,08% dibandingkan periode yang sama pada 2023. Peningkatan tersebut didorong oleh peluncuran produk baru yang menarik minat beli masyarakat. Sementara itu, untuk penjualan mobil listrik murni (BEV) di semester pertama 2024 berhasil terjual sebesar 11.944 unit. Penjualan ini meningkat dengan drastis, yaitu sebesar 104,1%. Data tersebut yang menjadikan salah satu pertimbangan Pemerintah untuk tidak memberikan insentif baru bagi kendaraan hybrid (HEV).

Bagaimana perlakuan terhadap mobil hybrid di negara lain?

Berbeda dengan Indonesia, Thailand justru memberikan insentif bagi penjualan mobil hybrid. Bahkan ketika penjualan dari mobil hybrid tersebut sedang naik-naiknya. Pada 26 Juli 2024 lalu, Badan Investasi Thailand (BOI) mengumumkan bahwa produsen yang memproduksi kendaraan hybrid, akan mendapatkan keuntungan dari pengurangan pajak cukai. Pemerintah Thailand memperkirakan bahwa langkah ini akan menarik 50 miliar Baht atau sekitar USD 1,4 miliar, dalam investasi terbaru selama 4 tahun mendatang. Negara Thailand juga berharap, agar kendaraan hybrid tersebut dapat menggantikan mobil berbahan bakar minyak atau bensin di masa depan.

Baca Juga: Pecah Telur! Veddriq Leonardo Sumbang Emas Pertama untuk Indonesia di Olimpiade Paris 2024

Sekretaris Jenderal BOI Thailand Narit Therdsteerasukdi menyatakan, bahwa langkah-langkah insentif terbaru tersebut akan mendukung transformasi industri otomotif di Thailand. Karena menurutnya, Thailand dapat berpotensi sebagai pusat manufaktur dari berbagai jenis kendaraan listrik, termasuk kendaraan beserta komponennya. Bahkan Narit menyebutkan bahwa ada tujuh perusahaan dari produsen kendaraan hibrida di Thailand yang telah diuntungkan dari langkah insentif ini. (Widyaningsih Utami Putri)***

Editor: Arief Farihan Kamil

Sumber: recessary.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Berita Pilgub