Sedangkan di babak delapan besar menang atas Portugal skor 1-0, namun saat babak semifinal ditumbangkan juara bertahan atau Juara Piala Dunia 2018 Prancis skor 0-2.
Adapun Kroasia, runner up Piala Dunia 2018 itu pada babak 16 besar menang adu penalti atas Jepang skor 3-1 (1-1), lalu di babak delapan besar juga menang adu penalti atas Brasil skor 4-2 (1-1). Luca Modric dan kawan-kawan gagal ke final karena dalam babak semifinal digulung
Argentina skor 0-3.
Dengan catatan pertandingan di atas, selain dalam fase Grup F Maroko lebih unggul dan juga lebih banyak menang tanpa melalui adu penalti dibandingkan Kroasia, sehingga berpeluang menang dalam 90 menit waktu normal pertandingan.
Namun, bisa jadi lain cerita jika pertandingan melebihi 90 menit waktu nornal bahkan harus diselesaikan dengan adu penalti, karena mentalitas para pemain Kroasia lebih teruji menang dalam adu tos-tosan.
Pelatih Kroasia, Zlatko Dalic, menyadari melawan Maroko merupakan pertandingan besar. Ia menilai perebutan tempat ketiga Piala Dunia sangat penting. "Pertandingan ini bukan kecil bagi kami, tapi final besar. Ini pertandingan untuk memperebutkan tempat ketiga, memperebutkan medali," ujar Dalic dilansir Antara.
Tekad yang sama disampaikan Pelatih Maroko, Walid Regragui. Ia mengataan siap berjuang memenangi pertandingan agar dapat membanggakan negara di Benua Afrika tersebut. "Kami akan mencoba membuat negara kami bangga dengan memenangi peringkat ketiga," ucapnya.
Sejauh ini, dengan kelolosan ke semifinal pun bagi Maroko merupakan kebanggaan luar biasa. Negara tersebut memecahkan rekor sebagai negara Afrika pertama yang lolos empat besar selama ajang Piala Dunia digelar.
Mampukah Maroko memecahkan rekor lagi di Piala Dunia 2022 sebagai negara Afrika pertama yang meraih peringkat ketiga Piala Dunia?*