KABAR PRIANGAN - Lolosnya Gregoria Mariska Tunjung ke babak semifinal cabang olahraga bulu tangkis Olimpiade Paris 2024, membuat asa Indonesia meraih medali emas dari cabang olahraga andalan tersebut belum padam. Kontingen Indonesia kini masih mempunyai peluang menjaga tradisi medali emas dalam ajang multievent olahraga terbesar di dunia empat tahunan itu untuk ketiga kalinya berturut-turut, atau untuk kedelapan kali secara keseluruhan.
Ya, sejak Olimpiade 1992 hingga Olimpiade 2008 cabor bulu tangkis selalu menyumbangkan medali emas. Sempat gagal meraih emas --bahkan tak bisa meraih sekeping perunggu pun-- ketika Olimpiade 2012, tradisi medali emas direbut lagi pada dua Olimpiade berikutnya yaitu 2016 dan 2020. Total tujuh kali Olimpiade cabor yang menginduk ke Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) tersebut telah meraih medali emas. Berikut catatan perolehan medali cabor bulu tangkis dari Olimpiade ke Olimpiade yang diraih Indonesia:
Olimpiade 1992
Oimpiade 1992 merupakan pertama kalinya sepanjang sejarah Olimpiade cabor bulu tangkis dipertandingan secara resmi dengan menyediakan medali. Sebelumnya, selama 20 tahun cabor yang paling berkembang di Asia itu hanya sebagai eksibisi mulai Olimpiade Munich 1972. Dalam Olimpiade Barcelona 1992 mempertandingkan empat nomor yaitu tunggal putra, tunggal putri, ganda putra dan ganda putri. Nomor ganda campuran baru masuk pada olimpiade selanjutnya yaitu Olimpiade 1996, sehingga sejak saat itu cabor bulu tangkis resmi menyediakan lima medali yang berlangsung hingga saat ini.
Tradisi Medali Emas Dimulai Susy Susanti - Alan Budikusuma
Pada Olimpiade 1992 ini Indonesia membuka kran perolehan medali emas dari cabang olahraga bulu tangkis, bahkan menjadi pencapaian prestasi terbesar karena berhasil meraih dua emas. Uniknya, Indonesia mengawinkan medali emas dari tunggal putra dan tunggal putri oleh Alan Budikusuma dan Susy Susanti yang kemudian keduanya pun menikah.
Olimpiade 1996 - Olimpiade 2008
Setelah Olimpiade 1992, pada Olimpiade 1996 Indonesia tetap mampu meraih medali emas namun turun menjadi satu keping. Kali ini bukan dari sektor tunggal putra atau putri, tapi pertama kalinya dari sektor ganda putra oleh Rexy Mainaky/Ricky Subagja. Kemudian Olimpiade 2000 sektor ganda putra (Tony Gunawan/Candra Wijaya) masih meneruskan tradisi emas, Olimpiade 2004 kembali dari tunggal putra (Taufik Hidayat), serta Olimpiade 2008 untuk ketiga kalinya kembali dari ganda putra (Markis Kido/Hendra Setiawan).
Olimpiade 2012
Sayangnya empat tahun kemudian pada Olimpiade 2012 menjadi masa kelam bulu tangkis Indonesia dalam sejarah keikutsertaan di ajang tersebut. Saat itu tak sekeping pun medali dapat diraih dari cabor ini. Pada Olimpiade London 2012 di Inggris, Kontingen Indonesia hanya meraih dua medali perak dan satu perunggu dari cabor angkat besi.
Olimpiade 2016
Barulah pada Olimpiade 2016 Indonesia kembali menunjukkan kapasitasnya sebagai salah satu negara besar di bidang olahraga tepok bulu angsa setelah meraih emas lagi. Butuh waktu 20 tahun bagi sektor ganda campuran untuk meraih medali emas pertama kalinya sejak dipertandingkan dalam Olimpiade 1996. Sejarah itu ditorehkan oleh pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.