Network
Oleh: Eti Nurhayati,S.S., M.Pd (Guru SMPN 1 Sariwangi Tasikmalaya)
KABAR PRIANGAN - Sejak kecil kita sering ditanya tentang cita-cita. Dengan gamblang dan percaya diri, kita menjawab pertanyaan itu dengan jawaban seperti guru, artis, presiden, tentara, dan sebagainya. Itulah gambaran tentang visi yang kita kenal sejak lama.
Dalam kenyataannya, visi merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk diwujudkan. Perlu upaya yang konsisten, baik visi pribadi maupun visi organisasi. Untuk mewujudkan visi, terutama visi sekolah dan melakukan proses perubahan diperlukan sebuah pendekatan atau paradigma.
Inkuiri Apresiatif (IA) merupakan suatu pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali digunakan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016).
Baca Juga: Kasus Covid- 19 Meningkat, Kegiatan PTM di Garut Dihentikan
IA menggunakan prinsip utama psikologi positif dan perubahan positif. Dalam implementasinya, IA mulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi.
Untuk membangun perubahan positif di sekolah, kita harus mengawali dengan pertanyaan yang positif, bukan sebaliknya. Adapun pertanyaan-pertanyaan positif itu seperti berikut:
- Hal-hal baik apa yang pernah dicapai murid di kelas?
- Apa hal menarik yang dapat dipetik pelajarannya dari setiap guru di kelas?
- Bagaimana mengembangkan praktik baik setiap guru untuk dipertahankan sebagai budaya sekolah?
Baca Juga: Hari Anak Internasional Dirayakan Setiap 1 Juni, Ini Bedanya dengan Hari Anak Sedunia
IA memiliki tahapan yang dalam Bahasa Indonesia disebut BAGJA. Sebagai model manajemen perubahan kolaboratif, BAGJA merupakan singkatan dari:
