KABAR PRIANGAN - Banyaknya makanan serba-instan memengaruhi terhadap kesehatan reproduksi manusia. Bahkan mengonsumsi makanan instan yang berlebih, dalam jangka waktu lama bisa mengakibatkan penyakit kanker.
Menurut Petugas Puskesmas Indihang Kota Tasikmalaya Dini Telli Martini, AMd.Keb, selama ini makanan instan tak hanya dikonsumsi orang dewasa, namun juga banyak disukai anak-anak. "Tak hanya saat SD, memasuki remaja seperti saat sekolah di SLTP dan SLTA jajanan anak-anak serba-instan. Karenanya banyak anak mengalami gagal ginjal, bahkan dalam usia 10 tahun," ujar Dini.
Dini menyampaikan hal itu saat pembekalan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada para murid baru MTsN 2 Kota Tasikmalaya, Jalan Leuwidahu, Kecamatan Indihiang, Selasa 16 Juli 2024. Dalam program Masa Taaruf Siswa Madrasah (Matsama) yang diikuti 352 siswa baru Tahun Pelajaran 2024/2024 tersebut, selain Dini, pembicara dari Puskesmas Indihiang adalah Deristiani, SKM.
Disampaikan Dini, ketika berada di luar rumah atau di sekolah, anak-anak kerap jajan berupa makanan instan yang sulit diawasi oleh orangtua dan guru. "Kebanyakan anak-anak SD makanannya tak terkontrol. Karena itu anak-anak harus pintar-pintar memilih jajanan karena tak semua waktu atau 24 jam dapat diawasi oleh orangtua atau guru," ujarnya.
Perlu Edukasi terhadap Anak-anak
Untuk itulah perlu diberikan edukasi yang betul-betul bisa dipahami oleh anak-anak. "Dengan memahami mana makanan yang sehat dan maka makanan tidak sehat, lalu apa dampak yang akan terjadi setelah mengonsumsi makanan tak sehat, maka akan timbul kesadaran dari anak-anak itu sendiri sehingga diharapkan anak-anak lebih memilih makanan yang sehat," ujar Dini.
Selain Dini, pembicara lainnya dari Puskesmas Indihiang adalah Deristiani. Menurutnya, ada berbagai indikator yang menentukan keberhasilan seseorang dalam menjalankan kebiasaan PHBS yaitu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menggunakan air bersih, menggunakan toilet serta menjaga kebersihannya, rutin berolahraga, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi. "Selain itu hindari merokok, membasmi sarang nyamuk, serta memelihara kesehatan mulut dan gigi," ucap Deristiani.
Sementara itu, fase penting perubahan dari anak-anak ke remaja ditandai dengan perubahan pola hidup. Bagi anak-anak perempuan, mengalami masa menstruasi biasanya ketika duduk di kelas V atau VI SD, bahkan usia sembilan tahun juga ada yang sudah menstruasi. Menghadapi hal tersebut anak-anak atau orangtua tak perlu panik, namun orangtua harus memberi edukasi sejak dini. "Sampaikan oleh ibunya, nak, perempuan itu nanti pada saat umur balig sembilan tahun sampai dewasa akan mengalami menstruasi. Tapi jangan kaget karena menstruasi bisa kapan saja, sembari kepada anak tersebut ditunjukkan dan disediakan pembalut," ucap Deristiani.
Tablet Penambah Darah untuk Siswi yang Menstruasi
Di sekolah, saat duduk di SLTP dan SLTA para siswi yang mengalami menstruasi diberi tablet penambah darah yang disalurkan dari puskesmas ke sekolah. Hal itu telah berjalan beberapa tahun. "Kalau tablet tersebut di sekolah habis bisa mengajukan lagi ke puskesmas, nanti kami distribusikan lagi. Itu juga salah satu pencegahan stunting," ucap Deristiani.
Puskesmas Indihiang membawahi 19 sekolah di Kecamatan Indihiang yakni 11 SD, lima SLTP dan tiga SLTA. Semuanya sudah ada nota kesepakatan (MoU) kerja sama dan ada kegiatan ke sekolah-sekolah untuk mengedukasi para siswa, sehingga penyampaian matari tentang PHBS kepada siswa baru rutin dilakuan setiap tahun.***