KABAR PRIANGAN - Dua orang guru dari Sekolah Dasar (SD) Laboratorium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tasikmalaya yaitu Annisa Anita Dewi dan Nisrina Haifa berhasil meluncurkan buku berjudul "Guru Happy Kiyowo".
Peluncuran buku tersebut bertujuan untuk merespons fenomena pendidikan di Tanah Air sekaligus mengaktivasi program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Seperti yang telah diketahui, program GLS bertujuan untuk mengembangkan budi pekerti selain untuk membentuk generasi yang literat. Pengembangan budi pekerti sangatlah penting, termasuk dalam falsafah Ki Hajar Dewantara.
Dalam falsafah tersebut, Bapak pendidikan Indonesia itu menerangkan bahwa dengan budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berkepribadian), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri.
Annisa dan Nisrina menulis buku, beranjak dari berbagai dinamika pendidikan saat ini. Keduanya menilai bahwa menjadi guru di era generasi Alpha memiliki tantangan dan menuntut guru untuk selalu berinovasi dan adaptif.
Di dalam buku tersebut dikupas tentang bagaimana kenyataan yang tak bisa dihentikan lajunya dan mempersiapkan diri untuk melakukan peran terbaik sebagai guru di masa kini.
"Keberhasilan mengajar dan luaran yang dihasilkan sesuai seperti apa yang diharapkan, hal tersebut tidak lepas dari elemen support. Support system menjadi elemen yang mutlak keberadaannya. Orang tua merupakan support system mendasar dan terkuat dalam tumbuh kembang anak. Menjadi guru saat ini kembali kepada nurani diantara polemik yang tak bisa dihindari," kata Annisa Anita Dewi, penulis buku Guru Happy Kiyowo dalam rilis yang didapatkan oleh Kabar Priangan.
Menurutnya, guru yang Happy Kiyowo adalah individu yang tetap bahagia dan berusaha untuk bahagia, beyourself untuk still kiyowo, selalu meningkatkan kapasitas diri, menjadi baik dan rendah hati, mengembangkan kebijaksanaan, mempertajam kemampuan komunikasi, memiliki kontrol pengendalian diri, dan selalu menebar pesona yang positif.