Celine Dion Batalkan Seluruh Sisa Tur 'Courage' Pascadiagnosa Stiff-Person Syndrome, Penyakit Apakah Itu?

- 27 Mei 2023, 16:05 WIB
Pengumuman pembatalan Courage World Tour, Jumat 26 Mei 2023.
Pengumuman pembatalan Courage World Tour, Jumat 26 Mei 2023. /Instagram/@celinedion/

KABAR PRIANGAN - Celine Dion mengumumkan "dengan kekecewaan yang luar biasa" pada hari Jumat, 26 Mei 2023 bahwa ia membatalkan tur dunia "Courage" yang rencananya akan berjalan pada 26 Agustus 2026 hingga 4 Oktober 2023 serta 6 Maret 2024 hingga 22 April 2023.

Awalnya Celine Dion menjadwal ulang tur musim semi 2023 menjadi tahun 2024 dan membatalkan delapan pertunjukannya di musim panas 2023, namun kondisinya yang belum memungkinkan, maka ia membatalkan seluruh tur yang masih tersisa.

Baca Juga: Prediksi Skor Inter Milan vs Atalanta di Liga Italia: Link Live Streaming, Head to Head dan Line Up Pemain

Sebelumnya, Celine Dion telah menyelesaikan 52 penampilan pada tur "Courage" yang dimulai di Kanada pada September 2019. Tur ini kemudian sempat terhenti akibat pandemi COVID-19.

Meski demikian, pada 2021 Celine tetap berkarya, membuat film pertamanya yang berjudul “Love Again” yang dibintangi bersama Priyanka Chopra Jonas dan Sam Heughan.

Setelah itu Celine menerima diagnosa Stiff-Person Syndrome (SPS) yang menghalanginya untuk tampil pada sisa tur “Courage” sebanyak 42 hari.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Drakor Sageuk Terbaik, Nomor 3 Paling Fenomenal Sepanjang Masa

"Tidak adil bagi kalian jika tur terus ditunda, dan meskipun ini membuat saya sedih, yang terbaik adalah membatalkan semuanya sampai saya benar-benar siap untuk kembali ke atas panggung lagi. Saya ingin kalian semua tahu, saya tidak akan menyerah... dan saya tidak sabar untuk bertemu dengan kalian lagi!" tulis Dion mengakhiri pesannya kepada para penggemar.

Apa itu Stiff-Person Syndrome?

Dilansir dari Forbes, Columbia University's Irving Medical Center menyatakan bahwa Stiff-Person Syndrome (SPS) mempengaruhi sekitar kurang dari 5.000 orang di AS.

Baca Juga: 5 Tempat Wisata Alam di Ciamis, Cocok untuk Tempat Camping saat Libur Semester. Ayo Gaskeun!

Para ilmuwan belum menentukan penyebab spesifik SPS, meskipun para peneliti Yale Medicine mencurigai bahwa SPS mungkin terjadi akibat di mana sistem kekebalan tubuh menyerang protein di dalam tubuh yang disebut asam glutamat dekarboksilase, yang menghasilkan asam yang mengatur neuron motorik.

Gejalanya meliputi:

1. Otot-otot yang kaku pada batang tubuh (torso), lengan, dan kaki.

Baca Juga: Prediksi Skor Koln vs Bayern di Liga Jerman: Link Live Streaming, Head to Head dan Line Up Pemain

2. Sensitivitas yang lebih besar terhadap suara, sentuhan, dan tekanan emosional, yang dapat memicu kejang otot.

3. Seiring waktu, postur tubuh penderita SPS dapat menjadi bungkuk. Beberapa orang mungkin terlalu lemah untuk berjalan atau bergerak.

Penderita SPS juga sering terjatuh karena tidak memiliki refleks normal, hal ini dapat menyebabkan cedera serius.

Baca Juga: Perjalanan Benjo Mantan Personel Teamlo, Musisi Khas yang Wafat di Usia 62 Tahun

Orang dengan SPS mungkin takut untuk meninggalkan rumah karena suara-suara bising di jalan, seperti suara klakson mobil, karena dapat memicu kejang dan jatuh.

Fakta mengejutkan Stiff-Person Syndrome

Stiff-Person Syndrome (SPS) terjadi dua kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria, dan sering dikaitkan dengan penyakit autoimun.

Termasuk diabetes tipe-1, anemia pernisiosa, tiroiditis, dan vitiligo, serta penderita kanker payudara, paru-paru, ginjal, usus besar, dan tiroid.

Baca Juga: Wisata Kuliner Legendaris Akhir Pekan, Otak otak Cim Awa Lampung, Maknyos Rasanya juga Favorit Artis!

Para ilmuwan belum memahami apa yang menyebabkan SPS, tetapi penelitian menunjukkan bahwa ini adalah hasil dari respons autoimun yang salah di otak dan sumsum tulang belakang.

Bagaimana mendiagnosa Stiff-Person Syndrome?

SPS sering kali salah didiagnosis sebagai penyakit Parkinson, multiple sclerosis, fibromyalgia, penyakit psikosomatik, atau kecemasan dan fobia.

Diagnosis definitif dapat dilakukan dengan tes darah yang mengukur tingkat antibodi asam glutamat dekarboksilase (GAD).

Baca Juga: HDCI Sebut Rombongan Moge Classic Rally Bandung-Pangandaran Tiba dengan Selamat, Ini Imbauan Kapolres

Kebanyakan orang dengan SPS memiliki kadar antibodi GAD yang meningkat (lebih tinggi). Titer antibodi penting untuk diagnosis SPS. Titer adalah tes laboratorium yang mengukur keberadaan dan jumlah antibodi dalam darah.

Titer GAD yang meningkat, hingga 10 kali di atas normal, juga terlihat pada diabetes, tetapi pada SPS titernya sangat tinggi (setidaknya 10 kali di atas kisaran yang terlihat pada diabetes) atau terdapat dalam cairan tulang belakang.

Baca Juga: Libur Akhir Pekan ke Tempat Wisata Gunung Batu Cipatujah Tasikmalaya, Nikmati Pemandangan Laut dan Kebun Karet

Bagaimana penanganan Stiff-Person Syndrome?

National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) menyatakan dalam lamannya, SPS belum memiliki obat untuk menyembuhkannya, namun dengan penanganan yang tepat, gejala SPS dapat dikendalikan.

Beberapa gejala membaik dengan diazepam oral (obat anti-kecemasan dan pelemas otot) atau dengan obat yang meredakan kejang otot, seperti baclofen atau gabapentin.

Baca Juga: Paguyuban Asep Dunia Priangan Timur Siap Gelar Silaturasep di Garut

Sebuah penelitian yang didanai NINDS menunjukkan bahwa pengobatan imunoglobulin intravena (IVIg) efektif untuk mengurangi kekakuan, kepekaan terhadap suara, sentuhan, dan stres, serta untuk memperbaiki cara berjalan dan keseimbangan bagi penderita SPS.

IVIg mengandung imunoglobulin (antibodi alami yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh) yang berasal dari donor yang sehat.***

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x