Pengakuan Bos WC Umum; Penghasilan dari WC SPBU Tak Terlalu Besar, Utamanya Mengurangi Pengangguran

28 November 2021, 13:31 WIB
H. Cecep Ruhimat.* /Kabar-Priangan.com/Aris Mohamad Fitrian

KABAR PRIANGAN - H Cecep Ruhimat kini sukses menjadi bos WC (toilet) umum. Tak hanya berbisnis di bidang "tampak sepele tapi penting", pria yang akrab disapa HRC itu terjun ke dunia politik. Selain aktif di partai politik, Cecep merupakan anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya.

Cecep berdomisili di Kampung Cijoho, Desa Sundakerta, Kecamatan Sukahening, Kabupaten Tasikmalaya. Desa yang beberapa waktu lalu dimekarkan menjadi dua dengan Desa Kiarajangkung tersebut, selama ini dikenal sebagai desa pengusaha-pengusaha atau bos WC umum. 

Ada juga perintis usaha jasa toilet lainnya seperti H. Uju, (Alm) H. Nurjaman, H. Oyo Suryadi dan H. Nur Alam. Mereka mengelola toilet mulai dari kawasan pasar, terminal hingga stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Pulau Sumatra, Jawa, hingga Bali.

Baca Juga: Kisah H. Cecep Ruhimat, Bos WC Umum dari Sukahening. Sukses Membangun Kampung dari Bisnis WC

Selain Sukahening, kecamatan-kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya yang mempunyai sejumlah bos WC umum dan penjaga toilet umum diantaranya Kecamatan Rajapolah, Sukaratu, dan Ciawi. Ribuan warga pun terlibat dan diberdayakan sebagai penjaga toilet.

Menurut Cecep, dari segi pengelolaan toilet di SPBU maupun di lokasi lain, tidak ada bedanya. Sebab sama-sama menawarkan jasa dalam membantu pelancong ketika membutuhkan tempat buang air kecil maupun air besar. Dibutuhkan pengelolaan yang baik agar pengunjung nyaman.

Bedanya, kata dia, dari segi kerja sama. Kerja sama dengan pihak SPBU atau Pertamina dijalin berupa kontrak kerja. Rata-rata dalam satu tahun mencapai belasan juta. Namun nilai itu pun tergantung kesepakatan awal dengan Pertamina.

Baca Juga: Melongok Desa Para Pengusaha Toilet Umum, Pekerjanya Ribuan di Pulau Jawa, Sumatra, hingga Bali

Sedangkan pengelolaan WC di tempat umum seperti pasar, terminal dan lokasi lainnya, kini dilakukan dengan lelang terbuka. Berbeda dari sebelumnya yang hanya mengandalkan koneksi atau kedekatan dengan pemilik lokasi.

"Sebetulnya tidak ada bedanya. Sama-sama menjamin kebersihan dan kenyamanan kawasan toilet. Tetapi kalau dengan pertamina kita kontrak setelah mengajukan proposal," kata Cecep kepada kabar-priangan.com (Harian Umum Kabar Priangan) baru-baru ini.

Meski enggan menyebutkan berapa nilai penghasilan dalam per bulan atau per tahun, namun Cecep mengaku penghasilan dari satu lokasi toilet di SPBU tidak terlalu besar. Sebab tidak semua lokasi SPBU ramai dikunjungi layaknya di pasar atau di terminal.

Baca Juga: Pakai Toilet SPBU di Kota Tasikmalaya Kini Gratis, Sebagian Telah Gratis Sebelum Ada Video Menteri BUMN

Penghasilan yang masuk pun kemudian lebih banyak dikeluarkan untuk upah kerja pegawainya dalam menjaga toilet. Sebab, kata dia, dirinya maupun pengusaha toilet lainnya asal Kecamatan Sukahening lebih mengedepakan pemberdayaan masyarakat sekitar.

"Bagaimana kita bisa membatu masyarakat mendapatkan pekerjaan. Daripada mengganggur di kampung, lebih baik ada pekerjaan sebagai penjaga toilet," ucap Cecep, menambahkan.

Karenanya, ketika kini ada kebijakan penggratisan toilet di SPBU menyusul viralnya permintaan Menteri BUMN Erick Thohir kepada Direksi Pertamina agar fasilitas toilet di kawasan SPBU digratiskan, puluhan karyawannya pun pulang satu per satu.

Baca Juga: Imbas Viralnya Instruksi Menteri BUMN ke Pertamina, Nasib Ribuan Penjaga Toilet SPBU Kini Merana

Hal ini tentu akan menjadi beban karena mereka kembali ke kampung dan menganggur. Sehingga ia berharap Menteri BUMN lebih bisa bijak dan memandang persoalan ini dari berbagai sisi. Tidak hanya melihat secara satu arah atau menilai pemasukan uang dari pengunjung SPBU saja.*

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler