Kuli Pikul dan Pedagang di Terminal Indihiang Kota Tasikmalaya Keluhkan Larangan Mudik Lebaran

- 20 April 2021, 20:06 WIB
Pedagang di Terminal Tipe A Indihiang Kota Tasikmalya.
Pedagang di Terminal Tipe A Indihiang Kota Tasikmalya. /kabar-priangan.com/Asep MS/

KABAR PRIANGAN - Larangan mudik oleh pemerintah pada musim Lebaran 1442 H ternyata berdampak juga pada perekonomian para pedagang di sekitar terminal termasuk di terminal tipe A Indihiang Kota Tasikmalaya.

Tak hanya pedagang, kehidupan warga terminal lainnya seperti kuli pikul ikut terdampak dengan keputusan larangan mudik tersebut.

Didah (40) salah seorang pedagang minuman dan makanan instan di terminal tipe A Indihiang Kota Tasikmalaya mengaku, dirinya sangat menyayangkan adanya larangan mudik tersebut.

Baca Juga: Hadapi Mudik, Dishub dan Satlantas Pastikan Kelaikan Armada Bus di Kota Tasikmalaya

Dengan dilarangnya mudik menurut Didah, harapannya untuk bisa mendapatkan keuntungan dari usahanya pada momentum lebaran musnah.

"Kalau mudik dilarang walaupun mau lebaran ya otomatis terminal sepi karena tidak akan ada orang yang masuk ke terminal," ujar Didah.

Dengan begitu kata dia, sudah dipastikan jualan akan tetap sepi pembeli," Ya sepi pak, siapa yang mau beli," katanya.

Baca Juga: Pemkab Tasikmalaya Dinilai Tidak Serius Dorong DOB Tasela

Padahal lanjut Didah, berjualan di terminal pada musim lebaran merupakan saat yang ditunggu-tunggu oleh pedagang di dalam terminal.

Dimana kata dia, saat musim lebaran omset penjualan mereka naik lebih dari seratus persen.

"Kalau hari-hari biasa penghasilan kami seharinya paling sekitar Rp 300.000 hingga Rp 500.000, sedangkan kalau musim lebaran omset penjualan bisa mencapai Rp 1.000.000 hingga Rp 2.000.000 perhari," ujarnya.

Baca Juga: Halaman Parkir Minimarket di Sumedang Bakal Dijadikan Objek Pajak Daerah

Namun ujar dia, karena mudiknya dilarang harapan mendapatkan hasil usaha lebih baik selama musim lebaran sirna.

Sehingga kata dia harapan untuk bisa berlebaran dengan membeli baju baru untuk keluarganya pupus sudah.

"Jangankan buat beli baju baru, buat kebutuhan dapur di saat lebaran nanti juga saya bingung," katanya.

Baca Juga: ASN Pemkab Sumedang Ikuti Kegiatan Pesantren Ramadan

Hal yang sama disampaikan Empud Saepudin (58) seorang penjual jasa kuli pikul di terminal tipe A Kota Tasikmalaya.

Empud mengatakan, dengan adanya larangan mudik, harapannya untuk mendapatkan rejeki dari menjual jasa pikul sirna.

"Ya kalau mudiknya dilarang ya tidak akan ada yang mudik sehingga terminalpun akan sepi," katanya.

Baca Juga: Lancarkan Vaksinasi Guru di Sumedang, Dinkes Siap Berbagi Tugas dengan Disdik

Padahal ujar dia, biasanya saat musim lebaran penjual jasa pikul akan marema karena banyak pemudik yang datang.

Dia mengatakan, penumpang pemudik biasanya membawa barang banyak sehingga banyak pemudik yang membutuhkan jasanya untuk membawa barang bawaan mereka.

"Ya lumayan lah pak, banyak penumpang yang minta dibantu membawa barang bawaannya," katanya.

Baca Juga: 105 Unit PJU Baru Siap Terangi Malam Idulfitri di Sumedang

Walaupun tidak ditarif ujar dia, namun pemudik biasanya ngasih upah jasa pikul cukup lumayan sehingga uang yang bisa dibawa ke rumah bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

"Ya kalau banyak mah Pak lumayan. Sekarang mah ga tau gimana," katanya lirih.

Bahkan ujar dia, dari jumlah penjual jasa pikul (kuli) di terminal tipe A Indihiang yang jumlahnya mencapai puluhan, kini yang masih bertahan tingal beberapa orang saja.

Baca Juga: Irema Masjid Agung Ciamis Gelar Bazar Ramadan, Sediakan Sembako Hingga Fashion

"Dah ga ada sekarangmah, apalagi sejak Covid tahun kemarin mudik juga sama dilarang sehingga teman teman saya dudah banyak yang ga disini lagi," katanya.***

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah