Atas kondisi ini, komunitas Badut Tasik memandang perlu untuk mengkampanyeukan pemakaian kain batik.
“Termasuk kami juga mendorong para pengrajin untuk tetap memproduksi batik ditengah kondisi pandemi covid walaupun para perajin batik dihadapkan pada berbagai kendala,” katanya.
Melalui momentum hari batik lanjut Andi, pihaknya berharap masyarakat lebih mencintai batik khususnya batik Tasikmalaya guna mendorong kebangkitan para pengrajin batik.
"Apalagi batik yang diproduksi para perajin ini merupakan warisan kekayaan leluhur bangsa Indonesia,” katanya.
Sementar itu, salah seorang perajin batik Kota Tasikmalaya, Irni Susanti (42) mengatakan, di masa pandemi di sentra pengrajin batik Kota Tasikmalaya memang hampir tidak ada produksi sama sekali.
Baca Juga: Resmi Dibuka Presiden Jokowi, Ini Hal tentang PON XX 2021 Papua yang Harus Diketahui
Produk batik yang dijual kata dia hanya menghabiskan stok yang telah ada hasil produksi tahun sebelumnya.
Hal itu lanjut dia, karena biaya produksi untuk pembuatan batik disaat pandemi cukup mahal.
Kondisi tersebut lanjut Irni, membuat para perajin kebingungan terutama dalam sisi penjualan yang terus mengalami penurunan sejak ada PSBB dan PPKM.