"Sebetulnya tidak ada bedanya. Sama-sama menjamin kebersihan dan kenyamanan kawasan toilet. Tetapi kalau dengan pertamina kita kontrak setelah mengajukan proposal," kata Cecep kepada kabar-priangan.com (Harian Umum Kabar Priangan) baru-baru ini.
Meski enggan menyebutkan berapa nilai penghasilan dalam per bulan atau per tahun, namun Cecep mengaku penghasilan dari satu lokasi toilet di SPBU tidak terlalu besar. Sebab tidak semua lokasi SPBU ramai dikunjungi layaknya di pasar atau di terminal.
Penghasilan yang masuk pun kemudian lebih banyak dikeluarkan untuk upah kerja pegawainya dalam menjaga toilet. Sebab, kata dia, dirinya maupun pengusaha toilet lainnya asal Kecamatan Sukahening lebih mengedepakan pemberdayaan masyarakat sekitar.
"Bagaimana kita bisa membatu masyarakat mendapatkan pekerjaan. Daripada mengganggur di kampung, lebih baik ada pekerjaan sebagai penjaga toilet," ucap Cecep, menambahkan.
Karenanya, ketika kini ada kebijakan penggratisan toilet di SPBU menyusul viralnya permintaan Menteri BUMN Erick Thohir kepada Direksi Pertamina agar fasilitas toilet di kawasan SPBU digratiskan, puluhan karyawannya pun pulang satu per satu.
Baca Juga: Imbas Viralnya Instruksi Menteri BUMN ke Pertamina, Nasib Ribuan Penjaga Toilet SPBU Kini Merana
Hal ini tentu akan menjadi beban karena mereka kembali ke kampung dan menganggur. Sehingga ia berharap Menteri BUMN lebih bisa bijak dan memandang persoalan ini dari berbagai sisi. Tidak hanya melihat secara satu arah atau menilai pemasukan uang dari pengunjung SPBU saja.*