Apalagi, kata Taufik, keberadaan kandidat eksternal sejauh ini tidak memberi garansi untuk kemajuan Unsil, bahkan belum tentu bisa memastikan soliditas di internal Unsil.
"Bagaimanapun, soliditas internal yang ditopang karakter pimpinan yang berahlakul karimah harus menjadi poin penting dalam merealisasikan kemajuan. Apalagi, sejauh ini meski grafiknya tidak naik secara tajam, secara perlahan bisa menunjukan tren yang menggembirakan," katanya.
Menurut dia, di tangan internal Unsil yang dinakhodai Prof. Rudi Priadi, lompatan akselerasi dan terobosan-terobosan baru maupun bentuk kerja sama mulai dengan pondok pesantren, kampus lain, instansi maupun dengan pihak luar negeri pun masih terus berjalan.
"Namun kalau pihak luar yang nyinyir atas keberadaan Unsil saat ini, kami juga memandangnya wajar di alam demokrasi ini. Ketika ada kontestasi, goreng menggoreng isue itu kan sudah biasa, jadi santei saja," ujar Taufik yang juga dosen Institut Agama Islam Tasikmalaya itu.
Hanya siapa pun yang terpilih nanti, mereka sepakat untuk tetap mendukung meski berasal dari pihak eksternal sekalipun. Sebab pada dasarnya, semua kandidat memiliki respek dan komitmen yang sama untuk memajukan Unsil menjadi lebih baik.
Baca Juga: Soal Temuan Fosil Purba dan Arca Kembar di Desa Jembarwangi, Begini Kata Sekda Sumedang
"Tetapi dorongan agar calon internal bisa jadi pilihan tetap kami upayakan. Jalau faktanya yang menang justru eksternal, kami juga tak masalah. Karena siapa yang bisa menghindari takdir, hanya sekali lagi ikhtiar mah akan digaskeun hingga terpilih rektor terbaik," ujar Taufik.
Mereka juga mengingatkan siapa pun rektor terpilih nanti, upaya mendukung penyelesaian perkara purnabakti, pengemban SDM maupun persoalan lain bisa dilakukan dengan jalan dan koridor yang tepat, konstitusional, dan realistis.
"Sehingga kenyamanan dan kondusivitas yang selama ini mewarnai Unsil tetap terjaga," tuturnya.