Pengorbanan berupa "puasa insentif" hingga pemotongan insentif itu nyatanya diganjar dengan prestasi membanggakan yakni Soni dkk sukses merebut peringkat enam.
Soni, pengurus sekaligus atlet para-atletik yang meraih dua medali emas, tak memungkiri "puasa insentif" sempat mengganggu persiapannya menjelang Peparda 2022. Selain dapur keluarga terdampak, pemenuhan gizi juga terpaksa mengandalkan dana "talang tulung" dari rekan atau keluarga.
Di samping itu, perlengkapan tanding seperti spike alias sepatu khusus atletik terpaksa harus bergantian dengan atlet lain. Harga sepatu yang cukup mahal membuat mereka tak kuasa untuk membelinya. Kendati demikian, cabor para-atletik sukses mengemas delapan medali emas, 12 medali perak dan lima perunggu.
Soni dan pengurus lain berharap agar pengorbanan itu bisa menjadi perhatian para pemangku kebijakan di Kota Tasikmalaya untuk lebih adil dalam memberikan dana hibah rutin untuk pembinaan dan pengelolaan organisasi itu. Karena bila melihat alokasi yang diberikan pada wadah organisasi olahraga lain, kata Cepi, jelas sangat jomplang.
"Untuk pembinaan atlet dan insentif pengurus juga bisa dicek atau dibandingkan jomplangnya dengan organisasi lain," ujar dia.
Baca Juga: Air Sungai Meluap, Jembatan Penghubung Tiga Kampung di Limbangan Garut Terputus
Jadi ketika ada harapan bantuan pemkot lebih proporsional, Cepi memandang hal itu menjadi sesuatu yang wajar. Malah kalau tak proporsional, pemkot bisa dinilai tidak adil dan kurang bijak mengapresiasi prestasi yang telah mereka raih.
Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya H Muslim MSi, tak menampik prestasi atlet NPCI Kota Tasikmalaya sangat luar biasa dan layak diganjar perhatian lebih sepanjang proporsional sesuai dengan kebutuhan pembinaan maupun operasional organisasi.
"Saya pun akan terus mendorong agar pemkot berupaya memfasilitasi kebutuhan NPCI Kota Tasikmalaya dengan lebih baik sebagai bentuk reward atas prestasi yang telah mereka tunjukan," ujar Muslim.*