Kini Ada Wisata Balas Dendam atau Revenge Traveling, Tren Wisata yang Pamornya Masih Terus Menanjak

4 Juni 2023, 22:27 WIB
Pergeseran pola pikir saat terkungkung pada masa pandemi mengubah ekspektasi para wisatawan. Banyak yang melakukan perjalanan dengan wisata balas dendam.*/ freepik /

KABAR PRIANGAN - Rasa bebas adalah keinginan banyak orang setelah beberapa tahun mengalami banyak pembatasan selama pandemi Covid 19, mulai dari isolasi mandiri hingga pengetatan aturan perjalanan. Begitu masa pembatasan selesai, banyak orang berbondong-bondong "melepaskan dendam" dengan berwisata. Istilahnya, wisata balas dendam (revenge tourism atau revenge traveling).

Apa yang dimaksud dengan wisata balas dendam, dan kepada siapa membalas dendam? Tren ini dimulai sejak tahun 2021 lalu dan belum tampak menurun hingga pertengahan 2023 ini.

Terlebih ketika semakin banyak negara menerima kembali wisatawan tanpa kewajiban tes Covid 19 maupun vaksin. Banyak orang berbondong-bondong mengunjungi destinasi yang mereka inginkan setelah pembatasan mobilitas selama dua tahun. Perjalanan atau wisata balas dendam ini datang dalam berbagai bentuk, mulai dari mudik, perjalanan jauh sekali seumur hidup, wisata alam, wisata kuliner, dan sebagainya.

Baca Juga: Koper Anda Jarang atau Malah Belum Pernah Dibersihkan? Ini Cara Membersihkannya Sendiri, Mudah Kok

Namun, inti dari wisata balas dendam bukan dari bentuk perjalanannya melainkan lebih kepada "mengambil kembali" momen kebebasan yang tercuri oleh pandemi, merasakan kembali kebebasan yang sempat terenggut.

Perubahan industri pariwisata pascapandemi

Tidak bisa disangkal, industri pariwisata termasuk bidang yang paling hancur selama masa pandemi, namun bukan berarti tidak ada perkembangan signifikan yang terjadi. Wajah industri pariwisata banyak berubah, pandemi banyak memunculkan model baru dalam pariwisata, mulai dari penambahan elemen augmented reality pada sebuah tur, atau memesan transportasi dan akomodasi melalui smartphone kemudian membayar melalui dompet digital.

Segala sesuatu yang paperless juga mengalami peningkatan, masuk perpustakaan dengan QR Code, melihat dan memesan menu juga melalui QR code.

Apa yang dicari oleh para pelancong yang "balas dendam" ini?

Setelah beberapa tahun yang penuh gejolak, umumnya pelancong memiliki prioritas perjalanan yang berbeda, seperti fokus baru pada kesehatan dan kesejahteraan. Meskipun kesehatan, kebugaran dan kesejahteraan telah lama menjadi bagian penting dari perjalanan, pergeseran pola pikir saat terkungkung di masa pandemi tak pelak mengubah ekspektasi para wisatawan.

Baca Juga: Kabar Gembira untuk Thaienthu! My Precious Bakal Tayang, Nanon Korapat Ikut ke Indonesia

Global Wellness Institute memperkirakan bahwa wellness traveling diperkirakan melesat hingga sekitar sekitar 20,9% pada tahun 2025, perjalanan dengan menyisipkan sesi spa atau mengikuti kelas yoga selama berlibur akan lebih banyak dibandingkan sebelum pandemi melanda dunia.

Perubahan pola pikir ini juga membawa kepada kesadaran bahwa traveling bukan lagi sekadar plesir, namun harus memiliki makna di dalamnya. Menerapkan mindful traveling agar pengalaman perjalanan lebih kaya dan meresap dalam hati.

Banyak orang yang menyadari bahwa yang terpenting bukan banyaknya tempat yang dikunjungi, namun yang terpenting adalah makna yang ia dapat untuk dikenang dikemudian hari dan dibagikan kepada orang lain.***

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler