Program Sekolah Penggerak, Guru Bergerak Kreativitas Siswa Meningkat (Bagian 1)

18 April 2023, 14:36 WIB
Siswa SMPN 2 Gunungputri Kabupaten Bogor tengah mempraktikan pembuatan eco enzyme.* /Instagram.com/@smpn.duagunungputri/

 

KABAR PRIANGAN - Sepasang remaja, terlihat sibuk menata tanaman di sebuah pot berdiameter 20 cm. Salah seorang menyiapkan perlengkapan, seperti pupuk dan lainnya, sementara satunya lagi sibuk menata pohon yang ditanam.

Sesekali, keduanya terlihat berdiskusi. Setelah itu, mereka kembali fokus pada tanaman yang mereka tanam, sampai tugas tersebut rampung dikerjakan.

Salah satu remaja tersebut, Abdul Sidik adalah siswa kelas 8 SMPN 2 Gunungputri, Kabupaten Bogor. Dia mendapatkan tugas praktik menanam pohon oleh gurunya. Tak hanya Abdul Sidik, teman-temannya satu kelas pun mendapatkan tugas yang sama, yaitu praktik menanam pohon.

Praktik menanam pohon adalah salah satu materi pelajaran yang dipelajari oleh Abdul Sidik di sekolahnya. Tak hanya mempelajari cara menanam pohon, dalam materi pelajaran lainnya, siswa SMPN 2 Gunungputri Bogor ini pun mempraktikan cara-cara pembuatan ecoprinting, juga kegiatan proyek membuat eco enzyme.

Ya, sejak SMPN 2 Gunungputri Bogor mengikuti Program Sekolah Penggerak, cara belajar di sekolah tersebut berubah drastis. Cara pembelaran satu arah yang dilakukan guru di dalam kelas sudah jauh ditinggalkan.

Kini, para siswa lebih aktif dalam mempelajari materi pelajaran. Kegiatan belajar pun sangat variatif dan tidak membosankan. “Ide-ide baru pun bermunculan. Berbeda dengan kurikulum yang dulu yang belajar di dalam kelas saja,” kata Sidik.

Dulu sebelum Kurikulum Merdeka, kata Sidik, belajar di kelas cukup membosankan dan kebanyakan ceramah. “Tetapi sekarang di kelas kebanyakan diskusi dan ceramahnya lebih sedikit. Belajar pun sesuai dengan kemampuan yang saya miliki,” katanya.

Tak hanya tentang materi pelajaran, lanjut Sidik, dengan diberlakukannya Kurikulum Merdeka Belajar, sangat berdampak pada pergaulan sesama teman.

“Sekarang sudah tidak ada lagi saling ejek nama orangtua. Budaya gotong royong pun mulai tertanam, contohnya dalam membersihkan kelas serta sebulan sekali membersihkan lingkungan sekolah secara bersama-sama,” kata Sidik.

Lebih Semangat dan Kreatif

Perubahan signifikan terhadap kemandirian anak sejak diberlakukannya Kurikulum Merdeka Belajar ini dirasakan oleh para orangtua siswa. Mereka melihat, dalam satu tahun ini ada perkembangan ke arah positif yang terjadi terhadap anak-anak mereka.

Salah satu orangtua siswa, Endang Sukmawati mengakui, dirinya merasakan ada perkembangan yang cukup baik terhadap perilaku serta kreatifitas anaknya. “Saya merasakan perkembangan yang begitu bagus dengan hasil yang maksimal dalam satu tahun belakangan ini,” kata Endang yang berpofesi sebagai Ibu Rumah Tangga.

Anaknya sendiri saat ini berada di kelas XI di sekolah yang menerapkan Program Sekolah Penggerak. Menurut dia, jika dibandingkan dengan tahun lalu, saat ini anak terlihat lebih bersemangat dalam belajar dan lebih kreatif.

“Kalau dulu, anak hanya belajar di depan laptop berjam-jam. Tetapi sekarang, anak saya terlihat banyak mengerjakan sesuatu, membuat sesuatu. Jadi terlihat kreatif. Anak pun terlihat bersemangat,” kata Endang.

Dia pun melihat banyak sekali perubahan yang terjadi pada anaknya dalam satu tahun belakangan ini. “Anak terlihat semakin banyak bisa, bertanggung jawab dan lebih tau mana yang baik dan mana yang buruk buat dirinya,” kata dia.

Hal yang sama dirasakan pula oleh Susanti, S.Pd, orangtua siswa yang anaknya masih duduk di kelas 3 SD. Susanti melihat, saat ini perkembangan mental anak, kemampuan literasi, serta kecakapan berbahasa sudah berkembang sesuai tahapan anak.

“Dulu  anak belum paham bersikap sopan kepada orangtua. Sekarang anak jika bertemu orangtua langsung menyapa dan memberi salam,” katanya.

Begitu pula dalam hal beribadah, kata dia, anaknya saat ini lebih tertib dalam mengerjakan Shalat lima waktu. “Jadi saat ini anak saya shalat 5 waktu di rumah lebih tertib,” katanya.

Tak hanya itu, lanjut Susanti, perubahan yang tak kalah pentingnya pun dalam menghormati orangtua, guru dan orang yang lebih tua dari anak. “Sekarang dia lebih santun, kepada orangtua juga sangat hormat. Itu kami rasakan, sebagai dampak dari pembelaran yang didapatnya di sekolah,” katanya.

Tak hanya dalam hal perubahan perilaku, kata Susanti, dalam kemampuan menalar serta kreatifitas pun, kini anaknya memperlihatkan perkembangan yang cukup meyakinkan.

“Anak sekarang terlihat lebih kritis. Kreatifitasnya pun meningkat. Dan yang lebih menggembirakan, anak sudah terbiasa melakukan kerjasama dan gotong royong dalam mengerjakan berbagai hal,” kata dia.

Anak yang lebih kritis ini dirasakan pula oleh Nunung Nurjanah, S.Pd, orangtua dari Hanung Dzaky Purnomo, siswa SMPN 2 Gunungputri Kab. Bogor. “Sekarang ini anak menjadi lebih kritis dan berani mengungkapkan pendapat dalam menghadapi masalah,” kata Nunung.

Padahal menurut Nunung, di tahun lalu, anaknya itu selalu malu kalau di suruh kedepan untuk tugas presentasi. “Tapi alhamdulilah sekarang ini anak bisa lebih berani dalam tugas presentasi dan malahan bisa menjadi ketua dalam kelompok,” katanya.

Begitupun dalam mengerjakan tugas, kata dia, anaknya kini selalu mengerjakan tugas dengan segera, karena lebih banyak praktik sesuai dengan talenta atau skill yang dimilikinya.

“Hal yang paling menggembirakan, kemandirian anak dalam melaksanakan sholat lima waktu sudah rutin  dia berangkat berjamaah pergi ke masjid. Tak perlu disuruh lagi, termasuk dalam melaksanakan tugas di rumah seperti membersihkan rumah,” katanya.

Termasuk budaya gotong royong anak, kata dia, saat ini lebih menonjol. Contohnya dalam melaksanakan tugas kelompok lebih kompak.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi

Tags

Terkini

Terpopuler