Guru yang Hebat di Masa Pandemi Covid-19

- 4 Februari 2021, 16:23 WIB
Dida Nurhayati
Dida Nurhayati /Istimewa/

Oleh :

Hj. Dida Nurhayati, S.Pd, M.Pd

Kepala SMPN 1 Sukaraja Kab. Tasikmalaya

PANDEMI Covid-19 memaksa sekolah ditutup (sementara). Pembelajaran yang awalnya tatap muka diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik menggunakan moda luar jaringan (luring/offline), dalam jaringan (daring/online) atau kombinasi daring dan luring (blended).

Menurut Prof. Arief Rahman M.Pd., Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, pada acara webinar yang diselenggarakan Kemendikbud RI (8/10/20) bukan hanya siswa, guru, orangtua sangat berdampak akibat pandemi ini. Tercatat 51 juta siswa dan hampir 3 juta guru yang terkena dampak ini, sehingga fenomena pandemi ini menciptakan tantangan tersendiri bagi guru.

Proses pembelajaran Jarak Jauh seperti ini telah berlangsung berbulan lamanya. Akibatnya, bukan hanya siswa dan orangtua, banyak guru yang sudah merasa tidak nyaman, bingung dan kesulitan dalam melaksanakan PJJ. Awalnya, banyak yang mengartikan bahwa PJJ di masa pandemi dilaksanakan secara daring/online. Guru banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa melalui Grup WA, sehingga hal tersebut menimbulkan keluhan peserta didik dan orangtuanya. Kendala lain yang dihadapi yaitu, tidak setiap peserta didik atau orangtua memiliki smartphone/laptop, akses sinyal internet yang terbatas, hingga beratnya beban biaya untuk membeli kuota data/internet.

Di kabupaten Tasikmalaya perkembangan PJJ dilakukan bukan hanya daring/luring saja atau kombinasi keduanya. Sekarang berbeda proses pembelajaran lebih terarah dan focus kepada pembentukan karakter dan menanamkan kecakapan hidup (life skill). Penilaian dan umpan balik lebih difokuskan secara kualitatif. Artinya, pembelajaran harus disesuaikan dengan pencapaian ketuntasan kurikulum (sesuai KD) tetapi disesuaikan dengan situasi, kondisi, kebutuhan peserta didik, dan sarana prasarana peserta didik.

Tidak bisa dipungkiri pembelajaran PJJ ini menuntut penguasaan teknologi. Guru diharapkan mampu mengoperasikan aplikasi pembelajaran seperti di portal Rumah Belajar, Zoom Meeting, Google classroom, kahot, wag, dll. Beban Pelayanan proses pembelajaran guru dengan peserta didik pun bertambah tidak seperti pada saat PBM tatap muka yang terbatas oleh jam pelajaran yang telah ditentukan. Kini pelaksanaan pelayanan PJJ ini jauh lebih dari batas kewajaran melaksanakan tugasnya.

Hal ini berdasarkan pengawasan di lapangan, ternyata banyak guru melayani peserta didik dan orangtua sampai larut malam. Hal ini karena ada sebagian peserta didik yang mengirimkan tugasnya di malam hari melalui google classroom. Tambahan inilah menjadi tugas guru untuk memantau dan memeriksa hasil pekerjaan peserta didiknya.

Halaman:

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah