Peringati Hatedu 2023, Ngaos Art Garap Lakon Cinta Jeung Sajabana Berkonsep Teater Lingkungan Schechner

29 Maret 2023, 14:33 WIB
Salah satu adegan dalam lakon Lagu CInta Jeung Sajabana oleh Ngaos Art yang berkonsep Teater Lingkungan dalam rangka memperingati Hatedu 2023. /Dok. Dedies Sanggar Matahari/

KABAR PRIANGAN - Masih dalam suasana memperingati Hari Teater Dunia (Hatedu) 2023 yang jatuh pada tanggal 27 Maret, kelompok Ngaos Art menggelar pertunjukan teater yang dialihwahanakan dari carita pondok (carpon) berbahasa Sunda karya Nazarudin Azhar yang berjudul Lakon Cinta Jeung Sajabana.

Pagelaran dalam rangka Hatedu tersebut digelar dalam waktu dua hari, 27-28 Maret 2023, dimana satu carpon tersebut digarap menjadi dua pertunjukan dengan konsep dan aktor yang berbeda. Pementasan pertama mengusung konsep garap realisme subjektif dengan menggunakan bahasa sunda, oleh aktor Dwi Feb dan Rika Mustika, sutradara AB. Asmarandana, digelar pada Senin, 27 Maret 2023 di Studio Ngaos Art.

Pementasan kedua digelar pada Selasa, 28 Maret 2023, pukul 20.30, di lingkungan Ngaos Art, Amanda Residen, Tasikmalaya. Dimainkan oleh aktor Kiki Kido Fauzi dan Vintan Lingkar, sutradara AB Asmarandana. Pementasan tersebut menggunakan bahasa Indonesia dengan logat bertawi Depok. Yang merupakan terjemahan dari carpon Kisah Cinta Jeung Sajabana.

Baca Juga: Azies Rismaya Mahpud Hengkang dari Nasdem. Gerbong ARM Dibebaskan untuk Memilih

Pertunjukan itu mengusung konsep pertunjukan Teater Lingkungan (Environmental Theatre) dari Ricard Schechner, yang dikenal dengan enam aksioma Schechner. Pertama adanya transaksi yang terjadi dalam sebuah pertunjukan. Ada tiga transaksi, yaitu antara para pemain, antara pemain dengan penonton, dan antar anggota penonton.

Penonton terdiri dari kalangan sosial yang heterogen, dan diberikan keleluasaan untuk saling berinteraksi sementara pementasan terus berlanjut, dan merupakan bagian yang utuh dari sebuah pertunjukan.

Aksioma kedua adalah menggunakan ruangan atau lingkungan sebagai tempat pertunjukan dan membiarkan situasi tempat tersebut seperti apa adanya. Aksioma ketiga yaitu lingkungan dipahami secara teaterikal, dimana pemain dapat menerima dan merespon apa pun yang terjadi di lingkungan tersebut sebagai bagian dari pertunjukan.

Baca Juga: Diduga Memiliki Masalah Keluarga Hingga Depresi, Seorang Pria di Sukadana Ciamis Memilih Gantung Diri

Aksioma keempat pertunjukan bukan pusat perhatian, pemain hanya bertugas untuk menyajikan permainan, pemahanan dan unsur apa yang akan direspon itu bergantung kepada penonton. Aksioma ini menekankan fleksibelitas dan variasi. Aksioma kelima seluruh elemen pertunjukan sangat memungkinkan menjadi bagian dari pertunjukan, misalnya keberadaan kru dan fotografer.

Aksioma keenam, yaitu naskah tidak perlu menjadi titik awal, bahkan naskah bisa saja rampung ketika pertunjukan telah selesai.

Pertunjukan Ngaos Art semalam mencoba mengusung aksioma-aksioma tersebut dengan seting tempat musola, dapur umum, dan warung. Namun, ada beberapa aksioma yang luput dari pementasan tersebut. Meski begitu, sutradara pertunjukan menilai bahwa hal tersebut diperlukan sebagai langkah dalam proses pembelajaran.

Baca Juga: Segarnya Es Susu Bunga Telang, Minuman untuk Menu Takjil. Penghilang Dahaga yang Wajib Dicoba!

Sebelumnya, pegiat teater legendaris Tasikmalaya, yang merupakan pendiri dari Teater Dongkrak Wit Jabo, turut menyaksikan kedua pertunjukan tersebut dalam acara gladi bersih. Ia banyak memberikan kritik dan saran.

Terkait peringatan Hatedu 2023, Wit Jabo mengatakan bahwa makna Hatedu adalah ajang untuk instrospeksi insan teater, bukan hanya sekedar peringatan. Pegiat teater harus lebih mengembangkan kemampuannya, dan meningkatkan produktifotasnya. Dapat menciptakan ekosistem teater yang lebih hidup.

Ada pun hambatan yang dalam kegiatan seni teater adalah regenerasi. Teater memang seni yang cukup sulit dan butuh perjuangan sehingga tidak mudah untuk mendapatkan bibit-bibit baru.

Baca Juga: Mengenal Lasminingrat, Wanita Asal Garut Yang Jadi Inspirasi Google Doodle Hari Ini

Wit Jabo berharap seni teater dapat diterima dan masuk ke seluruh lapisan masyarakat, sebagaimana disiplin seni yang lain, dan banyak diminati serta digeluti oleh generasi muda.***

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler