Goa Nyai di Pancatengah Tasikmalaya, Eksotis Meski Dibalut Mistis

20 Februari 2021, 05:54 WIB
Para petualang beristirahat di mulut Goa Nyai /Dok. Pribadi untuk kabar-priangan.com/

KABAR PRIANGAN - Petualangan ke Goa Nyai yang berada di Desa Mekarsari, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya, sungguh menakjubkan sekaligus mengundang adrenalin tinggi bagi siapa saja yang mencoba masuk ke dalamnya.

Pasalnya, Goa ini dinilai memiliki keunikan dan tantangan tersendiri juga mengundang rasa keingintahuan yang tinggi ketika sudah berada di mulut goa. Di samping itu juga menyimpan keindahan alam yang sangat luar biasa, meskipun sedikit berbalut kengerian dan rasa ketakutan.

Bukan saja kekhawatiran adanya binatang-binatang tertentu yang membahayakan setiap pengunjungnya. Tetapi juga kemungkinan adanya mahluk- mahluk astral tak kasat mata yang konon penghuni goa tersebut yang dimitoskan oleh warga setempat.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Rangga Mencari Dua Anaknya: Istri Pergi Tanpa Pamit, Ternyata Menikah Siri dengan Residivis

"Namun semua itu akan terbayarkan saat bisa melihat keindahan ornamen alam di dalamnya. Keindahan stalaktit dan stalakmit di dalamnya hampir menyerupai keindahan goa Altamira di Spanyol, goa Mamonth dan Carlsbad di Amerika Serikat serta goa Coranche di Perancis," ucap Pemerhati Goa yang juga Ketua Umum Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia (GENPPARI) Dede Farhan Aulawi, saat memberikan penjelasan, Jumat 19 Pebruari 2021.

Suasana di dalam Goa Nyai. Para peneliti diaping oleh tim dari warga sekitar goa yang mengetahui seluk beluk goa, saat menyusuri goa Nyai, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya

Goa Nyai sendiri, kata Dede Farhan Aulawi, sebenarnya termasuk goa yang cukup berbahaya, sehingga para petualangan goa yang ingin memasukinya harus berhati-hati dan sebaiknya didampingi oleh pendamping ahli dari warga setempat.

Menurutnya, secara teoritik goa adalah suatu lubang di dalam tanah atau di batuan yang terbentuk secara alami.

"Kami mencoba memasuki goa dan berpetualang di sana tetap dengan didampingi oleh Kepala Desa juga tim dari warga setempat yang mengenal betul area tersebut. Hal ini sebagai langkah untuk antisipasi keamanan dalam melakukan perjalanan serta penelitian tersebut," katanya.

Baca Juga: Longsor Susulan di Cipager, Ancam Pasokan Listrik Wilayah Priangan Timur

Jadi, pihaknya mengetahui persis bagaimana indahnya di dalam goa berdasarkan pandangan mata secara langsung.

Namun demikian belum tentu ucap Dede Farhan Aulawi semua orang berani untuk masuk ke dalam goa, karena berbagai pertimbangan termasuk resiko-resiko yang mungkin saja bisa terjadi saat berada di dalam goa.

Dikatakannya, Goa ini dikategorikan cukup berbahaya karena di dalam goa-nya banyak air yang tergenang mirip seperti kolam. Selain itu juga, ada aliran air Sungai Cibanteran dan Cimedang, juga beberapa mata air yang masuk ke dalam goa.

Meskipun saat musim kemarau alirannya relatif kecil, lanjut Dede Farhan Aulawi, tapi tentu sangat berbahaya di saat musim penghujan. Sebab, sebagain aliran dari kedua sungai Cibanteran dan Cimedang bisa masuk dan menggenangi sebagian besar lorong atau goa Nyai itu.

Sementara, kata Dede Farhan Aulawi, bahwa penamaan Goa Nyai, bukan berarti goa itu penuh bidadari atau perempuan cantik melainkan karena pada tahun 1986 ditemukan adanya bekas telapak kaki buaya. Meskipun sampai saat ini belum pernah ada yang melihat buaya di dalam goa tersebut.

"Jadi sebutan "Nyai" dalam hal ini bukan sebutan bagi seorang perempuan, melainkan sebutan untuk buaya yang kemungkinan pernah menghuni goa tersebut," katanya.

Baca Juga: Tega! Bantuan Lembaga Keagamaan pun Disunat, LBH Ansor : Ada yang Memancing di Air Keruh

Ditambahkan Dede Farhan Aulawi, berbicara soal Goa mungkin tidak asing dan aneh. Karena tidak sedikit masyarakat awam sekalipun pasti mengetahuinya, yakni lubang besar yang berada di tebing curam, gunung, ataupun curug dan pesisir pantai ataupun di sepanjang aliran sungai.

Akan tetapi, Dede Farhan Aulawi menyebut, tidak banyak orang yang tahu identik dari goa tersebut. Mungkin sebagian mengetahuinya dari gambar atau sumber-sumber bacaan. Namun tidak jarang pula sebagian orang mengetahui isi goa tersebut karena langsung melakukan petualangan ke dalam goa tersebut.

Ia menerangkan, bahwa ilmu pengetahuan geomorfologi yang berhubungan dengan asal muasal goa. Di area bebatuan gamping ada gua yang terbentuk di atas water table (zona vadose), di bawah water table (zona phreatic), atau pada bidang dari water table itu sendiri.

"Ada beberapa teori yang bisa dipelajari untuk menambah wawasan tentang goa, seperti Teori Vadose-Dwerry House (1907), Teori Deep Phreatic-Cjivic (1893), dan Teori Phreatic Dangkal atau Teori Water Table-Swinnerton (1932). Tentu bukan hanya itu, karena banyak teori-teori lainnya mengenai ilmu pengetahun tentang goa dan segala pernak-perniknya," ungkapnya.

Selanjutnya Dede Farhan Aulawi juga menambahkan, bahwa hampir semua goa yang ada dibentuk dari karst yang telah mengalami pelarutan. Sehingga menimbulkan relief dengan adanya proses geokimia dimana unsur utamanya adalah karbonat CaCO3 yang sangat reaktif terhadap larutan asam, khususnya larutan senyawa asam yang mengandung CO2.

Adapun persamaan reaksinya adalah CaCO3 + H2O + CO2 Ca+ 2HCO3. Reaksi ini juga bisa menjelaskan proses terbentuknya hiasan-hiasan goa seperti stalactite, stalagmite, flowstone, guardam, dan lain-lain.

Sementara Goa Nyai yang sangat eksotis itu, kata Farhan Aulawi, termasuk dalam katagori Gua Karst (Batu Kapur).

"Bagi para petualang yang hendak menjajal goa Nyai, temukan keindahannya. Namun diharapkan ada pendamping dari warga sekitar yang lebih faham seluk beluk goa. Ikuti adat budaya atau aturan yang tidak boleh dilanggar, " pungkasnya.***

Editor: Teguh Arifianto

Tags

Terkini

Terpopuler