Menelisik Kekejaman DI TII di Sumedang, Bangunan Ini Menjadi Saksi Bisu Cerita Kelam di Desa Cibugel

26 Januari 2022, 19:12 WIB
Bangunan Mesjid Besar As-Syuhada yang terletak di wilayah Desa Cibugel, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang ini, dulunya pernah dijadikan sebagai pemakaman massal korban pembantaian DI/TII. /kabar-priangan.com/DOK.NET/

KABAR PRIANGAN - Sebagai salah satu daerah yang sempat dijadikan markas atau persembunyian gerombolan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI TII) di Jawa Barat, wilayah Desa Cibugel, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang, tentu memiliki banyak cerita kelam.

Berbagai penderitaan, dialami masyarakat Desa Cibugel, pada masa pemberontakan gerombolan DI TII tersebut.

Selain sering menjadi korban penjarahan, banyak juga penduduk yang meninggal hingga dibakar rumahnya, gara-gara dianggap bersebrangan atau tidak sepaham dengan pemikiran gerombolan di bawah Pimpinan Kartosuwiryo tersebut.

Berdasarkan catatan sejarah, gerakan separatisme di wilayah Jawa Barat ini, terjadi setelah Indonesia merdeka, atau sekitar tahun 1945 sampai 1959.
Khusus di wilayah Desa Cibugel, sejarah kelam kekejaman gerombolan DI TII ini, konon terjadi sekitar tahun 1959.

Baca Juga: Uang Ratusan Juta Milik Petani Asal Cibugel Sumedang Mandeg di Koperasi, Kades: Kembalikan Hak Petani!

Tekanan dari pemerintah Republik Indonesia terhadap gerakan separatisme DI TII, justru malah membuat gerombolan tersebut kian membabi buta menyengsarakan rakyat. Puncaknya di tahun 1959, sebanyak 120 warga meninggal dunia akibat kekejaman gerombolan DI TII.

Kekejaman "Belanda Hideung" (sebutan warga terhadap gerombolan DI TII), benar-benar sudah di luar batas.

Tak ada lagi rasa empati, tak ada lagi jiwa kemanusiaan, mereka dengan seenaknya membantai masyarakat secara kejam, tak terkecuali anak-anak dan wanita.

Baca Juga: Petani di Cibugel Sumedang Jajaki Tanam Kopi

"Semua warga dibuat ketakutan oleh gerombolan DI TII. Ratusan mayat semuanya dimakamkan di satu tempat, yaitu di Juru Tilu," kata Wawan, salah seorang tokoh masyarakat Desa Cibugel.

Kekejaman yang dilakukan gerombolan DI TII pada tahun 1959 itu, kata Wawan, merupakan sejarah paling kelam yang dialami warga Cibugel.

Korban meninggal akibat kekejaman gerombolan DI/TII akhirnya dimakamkan secara masal di Juru Tilu, persis di lokasi yang sekarang dijadikan bangunan Mesjid Besar As-syuhada Cibugel.

"Jadi Mesjid Besar As-Syuhada Cibugel ini, adalah salah satu bukti sejarah kekejaman DI TII," kata mantan Ketua PGRI Cibugel tersebut.

Baca Juga: Jalan Rusak Berat, Warga Cibugel Sumedang Memilih Jual Sayuran ke Garut

Kenapa mesjid ini dinamai As Syuhada, sambung Wawan, karena sebelum dijadikan bangunan mesjid, lokasi ini dulunya merupakan kuburan massal korban pembantaian DI TII. Ada lebih dari 120 nyawa yang meninggal dan dimakamkan di Juru Tilu itu.

Untuk mengenang para korban pembantai gerombolan DI TII itu, maka warga pun sepakat menamai Mesjid Besar ini dengan nama As-Syuhada, yang artinya kaum Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang dalam membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh kesabaran.

"Sebelum dibangun Mesjid Besar As-Syuhada, semua jenazah yang dimakamkan secara massal di sana tentu dipindahkan terlebih dahulu oleh masing-masing keluarganya. Jadi pas dibangun, sudah tidak ada makam lagi," ujarnya.***

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler