Kasus Penderita HIV AIDS di Kota Tasikmalaya 1000 Orang Lebih, Bisa Jadi Kenyataannya 2 Kali Lipat atau Lebih

27 Desember 2022, 23:35 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat.* /Kabar-Priangan.com/Asep MS

KABAR PRIANGAN - Jumlah angka kasus penderita HIV AIDS di Kota Tasikmalaya cukup tinggi. Hingga Desember 2022 angka kasus HIV AIDS di kota ini sudah melewati seribu kasus atau tepatnya sebanyak 1.023 kasus.

"HIV AIDS di Kota Tasikmalaya angkanya cukup tinggi. Jumlah yang terdata di Dinas Kesehatan hingga saat ini sebanyak 1. 023 kasus," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat, Selasa 27 Desember 2022.

Uus menyebutkan, jangan dulu nyaman dengan jumlah angka HIV AIDS tersebut karena itu merupakan angka yang didapat dari pasien yang secara mandiri dan sukarela mau mengakses fasilitas kesehatan yaitu tempat konseling yang telah disediakan pemerintah.

Baca Juga: Kakek Tiri Tersangka Pembunuh Siswi SMP di Tasikmalaya Terancam 15 Tahun Penjara, Tak Menunjukkan Penyesalan

"Ini bisa saja menjadi fenomena gunung es dimana yang tercatat itu 1.023 namun yang tidak tercatatnya bisa dua kali lipat dari itu bahkan lebih," kata Uus.

Diperkirakan masih banyak penderita HIV AIDS di lapangan yang belum mau mengakses layanan kesehatan yang disediakan Dinas Kesehatan dengan berbagai alasan. Mirisnya lagi, dari jumlah itu hampir 50 persennya sudah meninggal akibat penyakit yang dideritanya. "Ini yang harus menjadi perhatian kita," katanya.

Pola penyebaran HIV AIDS di Kota Tasikmalaya sendiri kini sudah bergeser dimana dari yang sebelumnya mayoritas tertularkan melalui jarum suntik kini penularan tertinggi itu dari perilaku kelompok kelainan seksual sehat yang dikenal dengan Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT).

Baca Juga: Pengurus Apersi Korwil VIII Jabar Dilantik, Peluang Bisnis Perumahan di Ciamis Masih Sangat Terbuka

Salah satunya yang paling tinggi adalah akibat perilaku seksual tidak sehat laki-laki dan laki-laki yang presentasinya mencapai 40 persen dan sisanya dibagi kelompok yang lain. "Mulai 2018 gejala lebih kepada akibat prilaku seks tidak sehat karena sejak 2010 penularan melalui jarum suntik mulai menurun sampai 2016 hampir tidak ada," ucapnya.

Sedangkan kelompok berisiko HIV AIDS di Kota Tasikmalaya mulai dari kelompok balita hingga lansia ada. "Namun yang paling tinggi risikonya ada di kelompok remaja dan produktif yaitu di usia antara 17 hingga 40 tahun," ucapnya.

Kondisi tersebut, lanjut Uus, harus menjadi perhatian semua pihak apalagi saat ini untuk beberapa kasus sudah masuk keranah keluarga. Harus ada kesadaran bersama betapa pentingnya untuk terus melakukan penanganan HIV AIDS di Kota Tasikmalaya.

Baca Juga: Tak Main-main, Bupati Telah Terbitkan SK Panitia Persiapan Perubahan Kabupaten Ciamis Jadi Kabupaten Galuh

"Dinas Kesehatan tidak bisa jalan sendiri tetapi perlu kolaborasi dengan berbagai stakeholder lainnya seperti tokoh agama, kalangan pemerhati HIV, yayasan, akademisi, orang tua hingga lingkungan keluarga harus bergerak bersama-sama dalam penanggulangan HIV AIDS di Kota Tasikmalaya," ujar Uus.

"Tujuannya bukan untuk mendiskreditkan mereka karena kita punya pesan tri zero yakni zero infeksi, zero kematian dan zeri diskriminatif. Artinya dalam penanganan HIV AIDS ini infeksi harus nol, kematian harus nol dan tidak ada diskriminasi," ucap Uus menambahkan.*

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler