Apalagi, kebutuhan akan kayu di tanah air juga sudah keteteran. Hingga banyak masyarakat memilih baja ringan.
Dengan kenyataan itu dimana perumahan banyak digerus baja ringan, kemudian meubelair dari plastik, maka dia berharap masyarakat bisa memulai menata masa depannya dengan menanam kayu basla ini.
Baca Juga: PBSI Sumedang Dilantik, Bupati Minta Target Emas Porda Tercapai
Pasar sudah jelas, baik konsep mandiri atau kerja sama dengan Narita basla Reksa Mandiri yang sudah join dengan Parta Wood, salah satu perusahaan ekspotir tanah air.
Dari satu hektar lahan yang bisa menampung minimal 1.000 pohon dengan jarak tanam minimal 2,5 meter, keuntungan yang diperoleh selama 3-5 tahun bisa mencapai sekitar Rp 80 juta dengan asumsi harga pasaran minimal di angka 600 ribu per kubik.
Satu kubik, bisa diperoleh dari empat pohon berumur 3 tahun. "Kita nanti ada Mou antara petani/masyarakat dengan kami. Biasanya kalau kita yang fasilitasi, bisa 70:30 bersih tidak tahu nebang, transport dan lainnya," kata dia yang didampingi duet Korlap Narita Balsa wilayah Priatim Andri Priatna dan Tintin Rostiningsih SP.
Baca Juga: Jadwal MotoGP 2021, Balapan Malam di Qatar akan Jadi Pembuka
Sementara Gilman menyebut, setiap potensi yang beperan dalam mendorong perekomian masyarakat harus didukung dan dikawal agar target program penanaman pohon balsa yaitu Tasik Hejo (Hijau dengan pepohonan), Tasikmalaya Ngejo (bisa makan) serta pemerintahnya nenjo (melihat) bisa terwujud.
Sebagai Anggota Komisi IV DPRD Kota Tasik, Gilman pun berharap pohon balsa yang ditanam di kawasan Situ Malingping yang masuk kelurahan Tamanjaya bisa menambah cadangan air untuk situ tersebut sekaligus membuat tabungan masa depan.
"Dengan pepohonan rimbun, saya kira stok air akan terpelihara. Pasokan udara segar juga dipastikan berlimpah, karena pohon itu kan penyerap karbon," kata dia.