KABAR PRIANGAN - Hasil produksi garam di Kabupaten Pangandaran selama ini cukup menggembirakan. Petambak berhasil memproduksi 3 kuintal garam setiap panen.
Panen garam tersebut biasa dilakukan dua kali dalam seminggu. Produksi sebanyak 3 kuintal itu hasil dari tunel atau tempat pembuatan garam dengan ukuran 3×7 (meter).
Secara kualitas, garam dari perairan laut Pangandaran, tepatnya di wilayah Kecamatan Cimerak, tak kalah bersaing dengan garam yang beredar di pasaran.
Baca Juga: Pembukaan Rekrutmen CPNS Tidak Jadi Hari Ini!
Bahkan, Laboratorium Analisis dan Kalibrasi Balai Besar Industri Agro Bogor juga sempat melakukan penelitian di perairan laut wilayah tersebut.
Kandungan iodium garam atau garam beryodium di perairan laut wilayah Cimerak memiliki kandungan 36 mg/kg dari ketentuan minimum 30 mg/kg.
Kemudian, kandungan NaCl garamnya menempati 95.21% dari ketentuan umum minimum 94% dengan kadar Timbal atau Pb kurang dari 0.489 yang seharusnya tidak lebih dari 10.
Baca Juga: Sandiago Uno Ajak Desa di Seluruh Indonesia Tiru Desa Wisata yang Sudah Maju
Perangkat Desa Masawah Nunuh Sudrajat mengatakan, hasil uji laboratorium menunjukkan perairan laut di wilayahnya memiliki kualitas yang layak untuk diproduksi menjadi garam.
“Masyarakat Cimerak di sini pernah memproduksi garam setelah penelitian itu. Ada empat kelompok petambak garam lokal yang pernah melakukan produksi garam,” kata Nunuh, Minggu (30/5/ 2021).
Keempat kelompok tersebut terdapat di Dusun Madasari Desa Masawah, Dusun Liung Gunung Desa Legokjawa, Dusun Campaka Desa Kertamukti, dan Desa Ciparanti Kecamatan Cimerak.
Baca Juga: Kendaraan Pikap L300 berisi 20 Orang Terjun Bebas, Balita dan Anak Kecil Selamat
“Dari keempat kelompok petambak garam itu yang bertahan hanya dua kelompok saja yakni kelompok yang berada di Dusun Madasari Desa Masawah dan Desa Ciparanti Kecamatan Cimerak,” ujarnya.
Nunuh menyebutkan, saat ini untuk hasil produksi penambak garam lokal belum mampu menyediakan kebutuhan pasar secara regional.
“Garam hasil produksi petambak di sini laku dijual Rp 2.500 per kilogram. Setiap panen mereka menghasilkan uang sebesar Rp 3.250.000,” ujarnya.***