Dunia Terancam Krisis Pangan, Presiden Jokowi Minta Negara G7 dan G20 Cari Solusi

- 30 Juni 2022, 14:51 WIB
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi  dalam konferensi pers di Munich, 27 Juni 2022.*
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam konferensi pers di Munich, 27 Juni 2022.* /youtube.com/Sekretariat Presiden/

KABAR PRIANGAN - Dunia dalam ancaman krisis pangan yang nyata. Para pemimpin negara yang tergabung pada G7 maupun G20 harus segera mencari solusi konkret.

Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi dalam kegiatan KTT BRICS High Level Dialogue on Global Development.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengungkapkan, Presiden Jokowi berharap rantai pasok pangan dan pupuk dunia harus berjalan normal. Hal itu untuk menghindari ancaman krisis pangan dunia akibat perang antara Ukraina dan Rusia.

Baca Juga: Bawa Misi Perdamaian Ukraina-Rusia, Presiden Jokowi Lanjutkan Lawatan ke Moskow

“Bapak Presiden menekankan perlu tindakan yang cepat untuk mencari solusi konkret. Produksi pangan harus ditingkatkan, rantai pasok pangan dan pupuk global harus kembali normal,” demikian ungkap Retno dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.

Ancaman krisis pangan tidak terlepas dari dampak perang antara Rusia dengan Ukraina yang merupakan produsen dan eksportir komoditas utama pangan dunia dan pupuk.

Perang telah membuat produksi dan distribusi berbagai komoditas pangan dan pupuk terganggu. Selain itu, banyak negara yang melakukan embargo terhadap produk Rusia sebagai bentuk sanksi atas perang yang terjadi sampai saat ini.

Baca Juga: Dream Theater Konser di Solo 10 Agustus 2022, Sisa 7000 Lembar Tiket Mulai Dijual Besok

Upaya pemerintah dalam mengatasi tantangan di sektor pangan nasional salah satunya adalah dengan melakukan kebijakan redistribusi pupuk bersubsidi sesuai dengan hasil rekomendasi panja Komisi IV DPR.

Di mana, subsidi pupuk akan difokuskan kepada jenis Urea dan NPK yang selama ini banyak digunakan para petani tanah air.

Adapun ancaman krisis pangan yang dimaksud, dikatakan Retno adalah berdasarkan data World Food Program yang menyatakan terdapat 323 juta orang di negara berkembang menghadapi kerawanan pangan akut pada tahun 2022.

Baca Juga: Maxime Bouttier Adu Akting dengan Julia Robert dan George Clooney di Film Hollywood, Ticket to Paradise

Dari data tersebut, perempuan dan keluarga miskin menjadi yang paling terkena dampak, sehingga jika itu terjadi maka menjadi hak asasi manusia (HAM).

Dikatakan Retno, Presiden Jokowi menyampaikan pentingnya dukungan negara G20 untuk mereintegrasikan ekspor gandum dari Ukraina, serta ekspor komoditi pangan dan pupuk dari Rusia ke dalam rantai pasok global dan tidak mengenakan sanksi terhadap komoditi pangan dan pupuk yang berasal dari dua negara yang sedang berkonflik ini.

Kendati demikian, Retno mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi meminta rantai pasok pangan dan pupuk dunia harus kembali normal harus dikomunikasikan secara intensif kepada pihak-pihak terkait mulai dari perbankan, asuransi, perkapalan, dan lainnya.

Baca Juga: Fenomena Embun Es Mulai Muncul di Dataran Tinggi Dieng

“Bapak Presiden dalam pernyataannya juga menyatakan bahwa dampak perang terhadap rantai pasok pangan dan pupuk sangatlah nyata,” kata Retno.

Khusus untuk pupuk, kata dia, jika gagal menanganinya maka krisis beras yang menyangkut 2 miliar manusia terutama di negara berkembang dapat terjadi.

“Dan di akhir sambutannya, Bapak Presiden menegaskan bahwa G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk mengatasi krisis pangan ini mulai sekarang,” ungkap Retno.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x