Atas kehawatiran tersebut, maka orangtua murid dan masyarakat mengadakan musyawarah di Kantor Desa dan berinisiatif membangun kelas darurat dari bambu dan kayu.
Saat ini, kata dia, baru berdiri 3 ruang kelas yang siap dipergunakan.
Baca Juga: Teten Masduki Carikan Investor untuk Bantu Persigar Garut, Bupati: Siapkan Ketua Umum Baru
Dikatakan dia, seandainya ada fasilitas lain, tentunya para siswa tidak akan belajar di ruang kelas yang kini nyaris ambruk. Atau warga pun tidak akan membangun ruang kelas darurat.
“Satu-satunya bangunan yang kerap dipakai sebagai kelas sementara yakni Musola. Namun luasnya yang terbatas, maka tidak bisa menampung seluruh siswa yang jumlahnya puluhan,” katanya.
Sepengetahuan Tedi, sebelumnya para siswa belajar bergantian di 4 ruang kelas yang tersisa. Namun hal itu membuat belajar kurang efektif.
Sedangkan untuk upaya perbaikan permanen, pihak sekolah telah mengajukan proposal perbaikan bangunan sekolah melalui Dapodik.***