"Bahkan produk saya juga pernah dipasarkan ke luar negeri yaitu ke Paris Perancis sekitar tahun 1986," katanya.
Namun, tambah Toto, sejak tahun 2015 ke sini usaha kelom geulis tasikmalaya terkendala akibat kelom mulai kalah oleh produk luar negeri. Salah satunya produk dari Jepang sehingga usaha sebagai pengrajin kelom semakin sulit.
"Sekarang pengrajin kelom masih ada, tapi jumlahnya terus mengerucut. Sekarang yang tersisa paling tinggal 30 persen," ucapnya.
Atas kondisi tersebut pihaknya meminta keseriusan pemerintah agar pengrajin kelom sebagai WarisanBudaya Kota Tasikmalaya tetap bisa dipertahankan. Minimal bisa mendekati masa kejayaan kelom tasik pada tahun 1996-1997.
Dengan diterimanya penghargaan penetapan kelom geulis sebagai Warisan Budaya, Toto Tohidi sangat bangga. "Ini saya persembahkan kepada kakek saya selaku penggagas usaha kelom geulis kota tasikmalaya," ujarnya.*