Sedangkan kelompok berisiko HIV AIDS di Kota Tasikmalaya mulai dari kelompok balita hingga lansia ada. "Namun yang paling tinggi risikonya ada di kelompok remaja dan produktif yaitu di usia antara 17 hingga 40 tahun," ucapnya.
Kondisi tersebut, lanjut Uus, harus menjadi perhatian semua pihak apalagi saat ini untuk beberapa kasus sudah masuk keranah keluarga. Harus ada kesadaran bersama betapa pentingnya untuk terus melakukan penanganan HIV AIDS di Kota Tasikmalaya.
"Dinas Kesehatan tidak bisa jalan sendiri tetapi perlu kolaborasi dengan berbagai stakeholder lainnya seperti tokoh agama, kalangan pemerhati HIV, yayasan, akademisi, orang tua hingga lingkungan keluarga harus bergerak bersama-sama dalam penanggulangan HIV AIDS di Kota Tasikmalaya," ujar Uus.
"Tujuannya bukan untuk mendiskreditkan mereka karena kita punya pesan tri zero yakni zero infeksi, zero kematian dan zeri diskriminatif. Artinya dalam penanganan HIV AIDS ini infeksi harus nol, kematian harus nol dan tidak ada diskriminasi," ucap Uus menambahkan.*