Network
KABAR PRIANGAN - SDN 2 Kertamukti, Desa Kertamukti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, telah banyak menorehkan prestasi di tingkat kabupaten, bahkan level provinsi hingga nasional. Namun siapa sangka prestasi-prestasi tersebut dicetak dari bangunan sekolahnya yang membuat miris karena sejumlah ruang kelas sudah tak layak pakai.
Meski begitu, Kepala SDN 2 Kertamukti, Ujang Yuli Hidayat, SPd, selalu mewanti-wanti kepada anak-anak didiknya agar kondisi sekolah jangan dijadikan alasan untuk putus semangat. Ujang menyebutkan, ruang kelas di SDN 2 Kertamukti semuanya ada enam. Namun ada dua ruang kelas yang rusak parah.
"Jadi ruang kelas yang sekarang masih bisa dipakai di SDN 2 Kertamukti cuma empat kelas, teknisnya ada dua kelas yang digabung," kata Ujang saat diwawancara kabar-priangan.com/Harian Umum Kabar Priangan di sekolahnya, Selasa 15 Agustus 2023.
Ujang menambahkan, untuk rehabilitasi, pihaknya sudah mengajukan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Pangandaran. Pengajuannya juga sudah masuk. "Sekarang masih proses, saya berharap tahun ini atau tahun 2024 sudah direhab karena dua ruang bangunan sudah tidak bisa dipakai sama sekali," tutur Ujang.
Selain ruang kelas yang rusak, lanjut Ujang, kondisi toilet di SDN 2 Kertamukti juga rusak parah dan sudah tidak layak pakai. "Itu WC pernah dibenarkan dulu, itu juga dananya hasil swadaya masyarakat, jadi patungan warga, tapi sekarang rusak lagi," tuturnya.
Selama ini SDN 2 Kertamukti sering memunculkan murid berprestasi. Murid yang berprestasi pada tahun-tahun sebelumnya telah mencapai puluhan. Sedangkan tahun 2023 ini ada tiga siswa yaitu dua siswa masuk Olimpiade Sains Nasional (OSN) Provinsi Jawa Barat 2023 yakni Yazid Alfi
Albukhori dan Arvan Satriaja Pratama mata lomba pantomim, serta Siska Amelia mata lomba kriya. Adapun yang lolos ke OSN Tingkat Nasional 2023 yaitu Marsini mata lomba Matematika
Kegiatan Belajar Mengajar Tak Ideal
Ujang menyebutkan para muridnya tak pernah mengeluh dengan kondisi tersebut, namun ia dan para guru merasa bersedih karena kondisi belajar murid yang tidak nyaman. "Siswa yang mengeluh tidak ada, cuma saya dan para guru sangat sedih ketika melihat murid saya belajar di tempat yang kurang nyaman," ucapnya.
Saat ini Ujang, guru-guru, para siswa dan orangtua murid berharap bangunan tersebut segera dibangun. Soalnya selama ini dengan teknis kegiatan belajar mengajar digabung tidak ideal dalam pembelajaran. "Untuk yang digabung yaitu kelas IV dan kelas V, namun ada juga ruang perpustakaan dijadikan ruang pembelajaran," ujarnya.***
