Nyekar tidak hanya menabur bunga di atas kuburan kedua orang tua atau kerabat, tetapi ada pula mendoakan orang yang telah menigggal dan bershalawat.
Menurut Abdul Wahab, nyekar pada akhirnya bukan hanya soal tradisi menabur bunga menjelang Ramadhan saja, tetapi telah menjadi satu fenomena budaya yang memiliki dampak ekonomi pada masyarakat.
Salah satunya naiknya permintaan akan bunga yang akan digunakan untuk nyekar. Sesuai hukum ekonomi, naiknya permintaan ini akan disusul oleh kenaikan harga.
Seperti yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia, terutama di pasar bunga. Dilansir dari pikiran-rakyat.com, pada bulan Ruwah para pedagang bunga di TPU Srenseng Sawah mengatakan bahwa harga bunga tabur naik lima kali lipat.
Begitu pung dengan pasar bunga Solo, satu bungkus bunga tabur dibandrol dengan harga Rp50 ribu.
Selain itu, nyekar memiliki beberapa manfaat, di antaranya, mengingatkan kembali akan keberadaan leluhur atau orang tua. Menurut Abdul Wahab, hal tersebut merupakan bentuk dalam mengasah kesadaran sejarah seseorang.
Dengan nyekar, seseorang bisa teringat akan kebaikan-kebaikan orang yang diziarahi dan mendoakan kebaikan dan ampunan untuknya. Orang yang melakukan tradisi ini juga berpotensi untuk meneruskan kebaikan orang yang diziarahinya karena teringat akan sosoknya semasa ia hidup.
Hal lain yang menjadi nilai kebaikan dari tradisi nyekar menurut Abdul Wahab adalah dapat mengingatkan seseorang kepada kematian. Hal ini merupakan salah satu hikmah ziarah kubur dalam syariat Islam.