Mengenal Nyekar Sebelum Bulan Ramadhan, Tradisi yang Mendongkrak Ekonomi Masyarakat

- 17 Maret 2023, 14:01 WIB
Warga Kampung Tagog, Pangandaran melaksanakan Tradisi Nyekar dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan, Jumat 1 April 2022.*
Warga Kampung Tagog, Pangandaran melaksanakan Tradisi Nyekar dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan, Jumat 1 April 2022.* /kabar-priangan.com/Nishfa Farid Rijal/

KABAR PRIANGAN – Dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia memiliki tradisi khas, salah satunya adalah ziarah kubur atau lebih umum disebut nyekar.

Dilansir oleh kabar-priangan.com dari artikel berjudul “Memaknai Tradisi Nyerkar” karangan Abdul Wahab Saleem, S.So.I, M.Si., dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, yang diunggah di laman ftk.unisnu.ac.id, nyekar memiliki makna yang lebih spesifisk dari ziarah kubur.

Menurut Abdul Wahab, nyekar bermakna menabur bunga. Tradisi nyekar menjelang bulan Ramadhan ini merupakan akulturasi budaya antara Jawa, Islam, dan Hindu.

Baca Juga: Resep Menu Takjil Es Melon Nata de Coco. Bikin Seger, Manis, Murah dan Gak Pakai Susu

Dalam kepercayaan Jawa, arwah orang-orang yang sudah meninggal akan menemui keluarganya di dunia nyata setiap bulan ke-8 yang dalam kalender Jawa disebut Ruwah.

Bulan Ruwah merupakan momentum untuk saling “bertegur sapa” antara mereka yang masih hidup dan sudah meninggal. Dalam tradisi Hindu salah satu medium untuk “bertegur sapa” tersebut adalah bunga alias sekar dalam bahasa Jawa.

Ruwah berasal dari kata arwah. Berdasarkan keyakinan ini, maka tiap bulan Ruwah (Rewah dalam bahasa Sunda) atau Sya’ban dalam kelender Hirjiah, sebagian masyarakat menggelar tradisi yang dalam bahasa Sunda dikenal dengan istilah Ngarewahkeun.

Baca Juga: Hari Ini Satu Terdakwa Kasus Smart City Pemkot Tasikmalaya Dibebaskan, Nasib Berbeda Dialami Seorang Lainnya

Tradisi nyekar kemudian beradaptasi dengan syariat Islam, yakni ziarah kubur. Hasilnya, dalam tradisi nyekar di Indonesia, terdapat fenomena unik.

Nyekar tidak hanya menabur bunga di atas kuburan kedua orang tua atau kerabat, tetapi ada pula mendoakan orang yang telah menigggal dan bershalawat.

Menurut Abdul Wahab, nyekar pada akhirnya bukan hanya soal tradisi menabur bunga menjelang Ramadhan saja, tetapi telah menjadi satu fenomena budaya yang memiliki dampak ekonomi pada masyarakat.

Baca Juga: Penangkapan Kepala Bappeda Kota Tasikmalaya karena Mengonsumsi Sabu, Bermula dari 'Nyanyian Merdu' Seorang OB

Salah satunya naiknya permintaan akan bunga yang akan digunakan untuk nyekar. Sesuai hukum ekonomi, naiknya permintaan ini akan disusul oleh kenaikan harga.

Seperti yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia, terutama di pasar bunga. Dilansir dari pikiran-rakyat.com, pada bulan Ruwah para pedagang bunga di TPU Srenseng Sawah mengatakan bahwa harga bunga tabur naik lima kali lipat.

Begitu pung dengan pasar bunga Solo, satu bungkus bunga tabur dibandrol dengan harga Rp50 ribu.

Selain itu, nyekar memiliki beberapa manfaat, di antaranya, mengingatkan kembali akan keberadaan leluhur atau orang tua. Menurut Abdul Wahab, hal tersebut merupakan bentuk dalam mengasah kesadaran sejarah seseorang.

Baca Juga: Ingin Rumah Anda Wangi? Cobalah Pengharum Ruangan Unik Ini, Ada Aroma Wangi Nasi Uduk Hingga Rumah Angker

Dengan nyekar, seseorang bisa teringat akan kebaikan-kebaikan orang yang diziarahi dan mendoakan kebaikan dan ampunan untuknya. Orang yang melakukan tradisi ini juga berpotensi untuk meneruskan kebaikan orang yang diziarahinya karena teringat akan sosoknya semasa ia hidup.

Hal lain yang menjadi nilai kebaikan dari tradisi nyekar menurut Abdul Wahab adalah dapat mengingatkan seseorang kepada kematian. Hal ini merupakan salah satu hikmah ziarah kubur dalam syariat Islam.

Ziarah atau nyekar dapat mengingatkan orang akan masa depan diriya, yakni dikubur sama seperti orang yang ia ziarahi.

Baca Juga: Lirik Lagu Insan Biasa dari Lesti Kejora Bikin 'Mewek', Trending ke 1 di YouTube Musik

Dengan mengingat kematian, seseorang akan berusaha memperbaiki diri, meninggalkan hal-hal buruk yang selama ini masih dilakukan dan mengubahnya dengan kebaikan-kebaikan.***

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x