Namun, dalam hadist Muslim nomor 1162 dari Abu Qotadah disebutkan "shiyaamu yaumi 'arofah", ada yaumnya (harinya). Sehingga pelaksanaannya mengikuti waktu setempat.
"Yaum itu disebut dengan zhorofuz zaman, ya. Yang melekatkan sesuatu pada waktunya, bukan pada momentumnya," begitu ucap UAH setelah sebelumnya membacakan kutipan hadist Muslim nomor 1162 dari Abu Qotadah.
Maksudnya, jika kita berada di sebuah negeri yang zona waktunya berbeda dengan Saudi maka tidak ada keharusan untuk mengikuti waktu Saudi.
Baca Juga: Benarkah Konsumsi Daging Kambing Sebabkan Hipertensi? Ini Kata dr. Zaidul Akbar
Perbedaan waktu yang cukup besar antara Saudi Arab dan Indoneaia menyebabkan pelaksanaan ibadah yang berbeda waktu. Maka sebaiknya mengikuti waktu setempat saat melaksanakn ibadah saum Arofah dan Sholat Idul Adha juga menyembelih hewan Qurban.
Keistimewaan Puasa Arofah
Di akhir pemaparan, UAH mengajak untuk terbuka terhadap perbedaan cara memahami dalil. Ia juga menekankan betapa istimewanya saum Arafah.
"Itu pahalanya, Pak. Sehari aja, Bu. Bisa menggugurkan dosa setahun berlalu, plus menjaga tidak berbuat dosa setahun uang akan datang. Lumayan," terang UAH.
Baca Juga: Sinopsis Cinta Setelah Cinta 28 Juni 2023 Episode 540: Gadis Membobol Brankas Starla Saat Pingsan
Kemudian ia melanjutkan, banyak yang keliru memahami hadist tentang saum Arofah. Banyak yang meyakini puasa Arofah bisa mengugurkan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.