Peringati Hardiknas 2023: Mengenal Taman Siswa, Sekolah Warisan Ki Hadjar Dewantara

28 April 2023, 14:51 WIB
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dijadikan sebagai wahana untuk lebih meningkatkan spirit dalam menjalankan tujuan bernegara diantaranya mencerdaskan bangsa dan negara. /kabar-priangan.com/Devi Supriyadi/

KABAR PRIANGAN - Sejak tahun 1959, tanggal 2 Mei diperingati secara nasional sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tanggal tersebut merupakan hari lahir Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang oleh Presiden Sukarno diberi gelar Bapak Pendidikan Nasional.

Ki Hadjar Dewantara adalah nama alias dari Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (baca: Suwardi Suryaingrat). Dilansir dari ditsmp.kemdikbud.go.id pada 28 April 2023, ia merasa terusik melihat pendidikan yang diterapkan oleh pemeritah kolonial Hindia Belanda.

Ki Hajar Dewantara melihat pendidikan kala itu sangat diskriminatif, hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Dari kalangan pribumi, hanya anak-anak bangsawan yang diperbolehkan bersekolah.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Drakor Romantis Komedi, Cocok untuk Menghibur Diri Usai Libur Idul Fitri

Seiring munculnya sekolah-sekolah negeri, bermunculan pula sekolah partikelir (swasta). Umumya, sekolah swasta ini didirikan oleh lembaga atau individu yang memiliki idealisme dan tujuan tertentu. Pada tanggal 3 Juli 1022, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sekolah yang ia beri nama Taman Siswa di Yogyakarta.

Lahirnya Taman Siswa merupakan hasil nyata dari diskusi (sarasehan) antar Ki Hadjar Dewantara dan sejumlah rekannya yang diadakan rutin tiap Selasa Kliwon. Ia mencita-citakan sekolah dan sistem pendidikan yang dapat menjadi antitesa dari apa yang diterapkan penjajah.

Pendidikan kolonial yang bersifat materialistik, individualistik, dan intelektualistik ditentangnya karena ia nilai tidak sesuai dengan karakter bangsa Nusantara. Sebagai tandingan, ia menawarkan sistem pendidikan yang humanis, populis, dan memayu hayuning bawana (memelihara perdamaian dunia).

Baca Juga: Tri Suaka dan Nabila Maharani Ungkapkan Doa dan Harapan Lewat Lirik Lagu Cinta Surga

Dalam pola pengajajaran pun, Ki Hadjar menawarkan pendekatan yang berbeda. Pemerintah kolonial menerapkan metode “perintah dan sanksi”. Murid hanya tahu diperintah dan diberi sanksi jika salah.

Pemerintah kolonial mengistilahkan metodenya sebagai “pemberadaban”. Hanya saja, pada praktiknya metode ini sangat rasial. Pribumi selalu menjadi kelas terbawah sehingga para siswa pribumi merasa inferior.

Sebagai tandingannya semua itu. Ki Hadjar mendirikan Nationaal Onderwijs Taman Siswa. Gagasan utama yang diusungnya adalah pendidikan yang inklusif, pendidikan bagi segala bangsa tanpa diskriminasi.

Baca Juga: Dilaporkan Mengandung Zat Kanker, Indomie Rasa Ayam Spesial Ditarik dari Pasar Malaysia dan Taiwan

Tokoh yang lahir pada 2 Mei 1889 ini mendapat inprirasi dari dua tokoh pendidikan dunia, yaitu Maria Montessori dari Italia dan Rabindranath Tagore asal India. Taman Siswa berupaya mengadaptasi kedua sistem pendidikan yang dijalankan oleh tokoh-tokoh tersebut.

Menteri Pengajaran (yang hari ini menjadi Menteri Pendidikan) Indonesia pertama ini kemudian menggagas Patrap Guru yang bermakna tingkah laku guru menjadi panutan murid dan masyarakat.

Taman Siswa memiliki semboyan yang kini sangat terkenal, yaitu “ing ngarso sing tulodo” (yang di depan menjadi panutan), “ing madya mangun karso” (yang di tengah-tengah membangun cita-cita), “tut wuri handayani” (yang di belakang mendukung dan mengikuti).

Baca Juga: Melly Goeslaw Lakukan Bariatric Surgery, Apakah Itu? Simak Penjelasan dan Biayanya di Sini

Saat zaman penjajahan, prilaku guru yang menjadi tauladan ini yang menjadi perlawanan atas sistem pendidikan kolonial yang menerapkan metode “perintah dan sanksi”. Di zaman kini guru kemudian disebut singkatan dari diguru dan ditiru.

Pada perkembangannya Taman Siswa memiliki berbagai jenjang, di antaranya Taman Indria (Taman Kanak-Kanak), Taman Muda (SD), Taman Dewasa (SMP), Taman Madya (SMA), dan Taman Guru (Sarjana Wiyata).

Untuk mengenang jasa dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, hari kelahirannya diperingati sebagai Har Pendidikan Nasional dan semboyan temuannya, “Tut Wuri Handayani”, digunakan sebagai moto Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi hingga saat ini.***

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler