Sinergitas Orangtua, masyarakat, dan Lembaga Pendidikan dalam Pembentukan Karakter Siswa

- 9 Desember 2021, 07:08 WIB
Rudi Mahar Nurjaman, Guru PJOK SDN 1 Manangga
Rudi Mahar Nurjaman, Guru PJOK SDN 1 Manangga /DOK Pribadi/

HARAPAN orang tua terhadap semua anak sang buah hati yaitu menjadi seorang anak yang berguna bagi keluarga, agama dan tentunya negara, serta berahlak mulia, bertutur kata dan bersikap baik. Untuk itu, orangtua kemudian memasukan anaknya ke lembaga pendidikan (sekolah) yang bertujuan membawa harapan ke arah yang lebih baik.

Akan tetapi hal ini tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan. Rintangan dan ancaman selalu membayangi sehingga membuat perasaan cemas orangtua dikarenakan sangat banyak sekali fenomena yang terjadi baik kejadian Live maupun dengan tayangan Online seperti keterlibatan dunia narkoba, seks bebas, vandalisme bahkan perkelahian yang berahir dengan kematian antar pelajar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) yang besumber dari  BKKBN tahun 2010 dan jurnal Nasional 24/02/2011 menganalisa sekitar 1,5% penduduk Indonesia sebagai pemakai narkoba, 78% sebagai korban usia antara 17-21 tahun, 17% seks bebas (kehamilan diluar nikah) pertahunnya, dan 2,4 juta jiwa sebagai pelaku aborsi.

Baca Juga: Jeff Smith Baru Hirup Udara Bebas, Kembali Ditangkap

Sekarang lebih khawatir lagi melihat kenyataan di depan mata dengan menyikapi daya semangat siswa untuk belajar sangat menurun drastis. Anak kehilangan motivasi belajar, mudah menyerah dan kurang tekun.

Nah, hal ini menjadi sebuah pekerjaan ranah pendidikan untuk memulihkan fenomena yang terjadi saat ini. Wahana pendidikan harus memulihkannya kembali dengan mencetak generasi bangsa yang diharapkan sebagai mana para pendahulunya yang ulet, tekun, pekerja keras, berprestasi serta bermental baja yang semuanya terangkum dalam pembentukan karakter di ranah pendidikan.

Sebagai solusi menghadapi problematika  ini, pemerintah sejak tahun 2009 melalui direktorat PSMP mengembangkan Grand Desain Caracter Educative dengan harapan menjadi panduan pendidikan karakter di sekolah. Implementasinya, antara orangtua, masyarakat dan sekolah haruslah  bersinergi dengan memasukannya pada Proses Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) baik di lingkungan kelas maupun dalam PKBM di lapangan seperti dalam mata pelajaran Penjas serta ekstrakulikuler di sekolah atau lembaga organisai yang ditunjuk dan ada keterikatan dengan pihak pemerintah, khususnya di bidang pendidikan dan olahraga.

Baca Juga: Jelang Mubesma, Babol dan Andri Bersaing untuk Menakhodai FKPAT

Pendidikan olahraga pada anak usia sekolah mulai dari PAUD, SD, SLTP, SMU dan lembaga pedidikan tinggi sekalipun, sangatlah tepat untuk diterapkan sebagai salah satu solusi pembentukan karakter.

Halaman:

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x