Teater 28 Unsil Tasikmalaya Gelar Pentas Keliling Jawa-Bali Tahun 2023 Bertema Perempuan

- 8 Mei 2023, 08:44 WIB
Suasana pertunjukan 'Lakon yang Ditulis Kemudian' oleh UKM Teater 28 Unsil Tasikmaslaya.
Suasana pertunjukan 'Lakon yang Ditulis Kemudian' oleh UKM Teater 28 Unsil Tasikmaslaya. /kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara/

KABAR PRIANGAN - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater 28 Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya mulai menggelar rangkaian Pentas Keliling Jawa-Bali Tahun 2023 pada Jumat-Minggu, 5-7 Mei 2023 di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya (GKKT).

Tahun ini, kelompok teater yang didirikan pada tahun 1990 tersebut memestaskan pertunjukan berjudul "Lakon Yang Ditulis Kemudian" yang ditulis dan disutradarai oleh Bode Riswandi.

Rencananya, UKM yang rutin mengadakan pentas keliling tiap tahun ini akan menggelar pertunjukan di berbagai kota di Pulau Jawa dan Bali, di antaranya Tasikmalaya, Cianjur, Jakarta, Surabaya dan Denpasar.

Baca Juga: Viral Kades Saguling Ngamuk: Mana Kerjanya Dewan Ciamis? Janji Manis, Angin Surga, Tapi Kalau Sudah Jadi?

Untuk di Kota Tasikmalaya, Teater 28 rencanya menggelar sembilan kali pementasan. Pada pementasan keenam yang berlangsung pada Jumat malam, sejumlah tokoh nampak turut menonton.

Di antaranya Wakil Rektor Unsil Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Asep Suryana Abdurrahmat, S.Pd., M.Kes. dan Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar), Deddy Mulyana S.STP., M.Si.

Dalam sambutannya, Dr. Asep menyampaikan bahwa pihaknya sangat mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa asal jelas target dan tujuannya.

Baca Juga: 5 PNS di Garut Ikuti Kontestasi Pilkades Serentak

Ia pun mengingatkan bahwa sepadat apapun kegiatan yang dilakukan mahasiswa, hendaknya mahasiswa tidak melupakan tugas akademiknya.

Lebih lanjut ia merasa bangga kepada Teater 28 karena turut membawa harum nama Unsil bahkan sampai ke luar Pulau Jawa.

Ia pun mengapresiasi UKM teater tersebut karena beberapa kali berhasil memenangkan perlombaan bidang teater di tingkat nasional.

Baca Juga: 4 Atlet NPCI Kota Tasikmalaya Bawa Nama Indonesia dalam ASEAN Para Games 2023 Kamboja, Optimistis Raih Target!

Sementara, Kadis Porabudpar Deddy Mulyana menyampaikan dukungannya kepada Teater 28 yang menurutnya juga turut membawa baik nama Kota Tasikmalaya.

Selain itu, kegiatan pentas keliling ini juga dapat menjadi misi pariwisata di mana para pemain yang terlibat secara tidak langsung turut memperkenalkan Kota Tasikmalaya ke berbagai daerah yang mereka kunjungi.

Deddy berpesan agar anggota Teater 28 dapat menjaga nama baik Kota Tasikmalaya. Ia meyakini bahwa kegiatan kesenian, termasuk yang dilakukan Teater 28, dapat menjadi daya tarik wisata Kota Tasikmalaya.

Baca Juga: Longsor Landa 2 Desa di Samarang Garut, 5 Rumah Terdampak

Di samping itu, Kadis yang baru dua bulan menjabat ini menyampaikan permohonan maaf karena kondisi GKKT yang “seadanya”. Ia berjanji pihaknya akan segera memperbaiki dan melengkapi gedung tersebut.

Lakon Bertema Perempuan

Dalam sesi diskusi selepas pentas, Bode Riswandi menjelaskan bawah Lakon Yang Ditulis Kemudian yang ia tulis berawal dari risetnya sejak tahun 2009.

Pada tahun tersebut ia meneliti kehidupan perempuan di sejumlah kawasan lokalisasi di Jambi, Sarkem, (Yogyakarta), Saritem (Bandung), Gang Sadar (Purwokerto), dan sejumlah tempat di Kota Tasikmalaya.

Baca Juga: Jembatan Cidugaleun Ambruk, Nyaris Memakan Korban. Akibatnya, Warga Dua Desa Terisolir

Berdasarkan risetnya tersebut, lahirlah sejumlah karya sastra baik dalam bentuk cerita pendek (cerpen), novel, dan naskah drama, salah satunya Lakon Yang Ditulis Kemudian.

Pada tahun 2018 Teater 28 pernah pula menggarap drama ini dan membawanya pentas keliling hingga ke Palembang, Sumatera Selatan.

Drama ini merupakan salah satu dari tiga naskah drama bertema perempuan dan pelacuran hasil riset Bode Riswandi, yaitu Lakon yang Ditulis Kemudian, Seseorang yang Mati Sehari Menjelang Pemilukada, dan Tamu Istimewa.

Baca Juga: Sepekan Sebelum Pergerakan Tanah di Saguling Ciamis Warga Temukan Keanehan, Tiba-tiba Monyet Berkeliaran!

Ringkasan Cerita Lakon yang Ditulis Kemudian

Lakon yang Ditulis Kemudian sendiri mengisahkan seorang perempuan yatim piatu bernama Sutinah yang dijual oleh kekaksihnya, Sukat, ke seorang mucikari. Setelah menjualnya diam-diam, Sukat pergi dengan dalih membereskan masalah kedua orang tuanya.

Sutinah dititipkan ke mucikari tersebut yang diakuinya sebagai bibinya. Ia kemudian dijadikan Pekerja Seks Komersial (PSK). Namun, karena ia sering kali memberontak, ia kerap kali menjadi sasaran amarah sang mucikari.

Pada suatu malam seorang pelanggan Sutinah marah karena perempuan pilihannya itu dianggap tidak baik dalam melayaninya. Lelaki itu memarahi mucikari.

Baca Juga: UPT Museum Disparbud Garut Gelar Lomba Cerdas Cermat Bertemakan Murid Nomor Wahid

Mucikari itu lantas memarahi dan menyiksa Sutinah. Sutinah yang tidak tahan lantas membunuh mucikari dengan tangannya sendiri.

Kendati sang mucikari telah mati, Sutinah tetap tinggal di lokalisasi itu. Ia masih menunggu janji Sukat yang bilang akan menemuinya setelah masalahnya selesai. Penantian Sutinah berlarut hingga 49 tahun.

Suatu hari, Sukat yang telah tua renta datang menemui Sutinah yang juga sama-sama telah tua. Setelah mereka mengenang masa mudanya yang kelam, Sukat membongar alasan ia menjual kekasihnya itu.

Baca Juga: Diterjang Hujan saat Makan, Pengunjung Situ Gede Tasikmalaya Kapok Makan di Lesehan Balakecrakan

Adik perempuan Sukat dijual ayah mereka yang seorang pemabuk. Sukat merasa dendam dan sakit hati atas apa yang menimpa adiknya.

Kala itu ia berpikir bahwa semua perempuan perawan yang ia kenal harus mengalami nasib yang serupa dengan adiknya.

Kendati telah mendengar penjelasan mantan kekasihnya, Sutinah tetap tidak percaya. Akhirnya ia membunuh Sukat tepat di teras rumah bordil tempat 49 tahun silam ia dijual kekasihnya pada mucikari.

Baca Juga: Pemborong Diminta Tidak Asal-asalan dalam Pembangunan Kantor Baznas Garut

Pesan Kepada Masyarakat

Dalam wawancara dengan kabarpriangan.com, Bode menjelaskan bahwa melalui lakon tersebut ia ingin memotret nasib perempuan di Indonesia yang kerap kali masih dipandang sebagai objek, bukan subjek.

Salah satu yang ia kritisi adalah nasib perempuan dalam politik elektoral. Dalam sistem politik elektoral di Indonesia, partai politik baru bisa ikut pemilu jika memiliki 30% keterwakilan perempuan.

Baik dalam komposisi bakal calon anggota legislatif maupun komposisi pengurus partai di tingkat pusat.

Baca Juga: Pimpinan Dewan Rakyat Britania Raya, Penny Mordaunt, Curi Perhatian dalam Upacara Penobatan Raja Charles III

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia politik. Namun, Bode mengkritisi praktik aturan ini yang dalam tataran pragmatisnya malah seolah menjadikan perempuan sebagai komoditas politik belaka, sekadar menjadi syarat, tanpa sampai pada esensi emansipatifnya.

Dosen sastra pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsil ini juga menyoroti sejarah relasi perempuan dan kekuasaan.

Sejak zaman dahulu perempuan sering kali dijadikan “senjata politik” atau mata-mata oleh kaum lelaki demi kekuasaan.

Baca Juga: TikTokers Akan Ramaikan Penobatan Raja Charles III di Inggris

Ia berhadap dengan dipentaskannya lakon ini, masyarakat bisa kembali teringatkan bahwa perempuan punya nilai dan derajat yang sama dengan laki-laki.

Di samping itu, ia berpesan secara khusus kepada perempuan, utamanya yang belum menikah, agar selalu mawas diri, jangan sampai bernasib seperti Sutinah.****

 

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x