Jadi Solusi Alternatif Saat Harga Pupuk Kimia Mahal, Ini Konsep Bertani yang Dipakai BPTP Jabar di Tasikmalaya

- 3 Januari 2022, 17:25 WIB
Ilustrasi: Areal pertanian di salah satu kawasan di Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, tampak menghijau, Senin 3 Januari 2021.*
Ilustrasi: Areal pertanian di salah satu kawasan di Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, tampak menghijau, Senin 3 Januari 2021.* /Kabar-Priangan.com/Arief Farihan Kamil

KABAR PRIANGAN – Upaya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan petani untuk kembali meggunakan teknologi ramah lingkungan dalam bidang pertanian, membuahkan hasil yang menggembirakan.

Pada panen yang berlangsung di lokasi Demfarm Gapoktan Subur Mukti, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Senin 3 Januari 2022, menunjukkan peningkatan hasil pertanian yang signifikan dari semula berkisar 5–6 ton, kini mencapai 8,4 ton GKP per hektare.

Ketua Forum Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kota Tasikmalaya Mumu Nuryaman, mengucapkan terima kasih atas bimbingan dari awal bintek, penanaman, sampai panen kepada BPTP Lembang dan Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya.

Baca Juga: Kampung Kadupandak Salawu Tasikmalaya Didorong Jadi Produsen Minuman Sehat, Bisa Tingkatkan Perekonomian Warga

Ia pun mengajak kepada petani untuk melaksanakan cara bertani dengan teknologi ramah lingkungan yang membiasakan bertani seperti dulu supaya tanah kembali normal subur dan biaya bisa berkurang.

"Jadi konsep teknologi ramah lingkungan ini bisa jadi solusi alternatif saat harga pupuk kimia mahal serta kualitas tanah kembali normal," kata Mumu.

Mumu bersyukur karena dengan sistem ini, petani bisa menyai hasil yang diharapkan. Karenanya ia mengajak petani untuk sama-sama mengembangkan sistem dengan orientasi mengubah pola pikir bertani menjadi usaha tani alias jangan hanya asal sambilan saja.

Baca Juga: Pro Kontra Tentang Balon Eksternal dan Internal Memuncak. TFH: Unsil Tak Perlu Tabu Terhadap Balon Eksternal

Sementara itu Peneliti BPTP Jabar, Dr. Nana Sutrisna mengatakan, Budidaya Padi Ramah Lingkungan (BPRL) telah dua tahun ini didesiminasikan kepada petani.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x