Relawan MER-C Jadi Saksi Saat Jam-jam Terakhir Rumah Sakit Indonesia Dikepung Israel, Ini Cerita Mereka

- 27 November 2023, 20:13 WIB
Fikri Rofiul Haq, salah seorang relawan MER-C yang menceritakan pengeboman Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia.
Fikri Rofiul Haq, salah seorang relawan MER-C yang menceritakan pengeboman Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia. /Dokumen MER-C/

KABAR PRIANGAN - Ketika tank dan tentara Israel mengepung Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara pekan lalu, relawan tenaga medis MER-C dihadapkan pada pilihan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman atau tetap tinggal bersama pasiennya. Fikri Rofiul Haq bersama rekan-rekannya, Reza Aldilla Kurniawan dan Farid Zazabil Al Ayubi akhirnya memilih untuk tetap tinggal di sana hingga militer Israel memaksa mereka pergi.

"Kami dievakuasi melalui rute yang digunakan oleh Palang Merah Internasional dengan izin dari tentara Israel. Ada tiga kali evakuasi pada hari Senin, Selasa, dan Rabu, dan kami dievakuasi terakhir karena kami memprioritaskan korban luka yang berada di Rumah Sakit Indonesia," kata Fikri kepada Al Jazeera yang dilansir Kabar-Priangan.com pada hari ini, Senin 27 November 2023. Fikri mengatakan bahwa pasukan Israel dengan sengaja menghancurkan satu-satunya generator yang masih berfungsi di rumah sakit yang didanai oleh Indonesia itu dan tentara Israel juga menembaki lantai satu, dua, dan tiga gedung rumah sakit hingga menewaskan 12 orang.

"Sebelum kami dievakuasi, serangan semakin lama semakin parah, dari jam ke jam," kata Fikri, ia juga mengungkapkan tidak dapat berkomunikasi selama beberapa minggu hingga dievakuasi ke Khan Younis. "Saya melihatnya dengan mata kepala sendiri. Ada tiga tank besar yang berjarak sekitar 50 meter dari gedung Rumah Sakit Indonesia dan mereka menembaki rumah sakit secara berkala dengan tembakan yang menghancurkan. Sekarang Rumah Sakit Indonesia telah diambil alih sepenuhnya oleh tentara Israel," katanya.

Baca Juga: Pasien Terluka yang Tidak Terevakuasi dari Rumah Sakit Al-Shifa Hadapi Kondisi yang Mengerikan

Pasukan Israel, yang awalnya memberikan waktu beberapa jam kepada staf medis dan pasien untuk meninggalkan rumah sakit, telah dituduh membuat salah satu fasilitas medis terbesar di Gaza itu hancur berantakan dalam beberapa hari menjelang gencatan senjata selama empat hari dengan Hamas yang dimulai pada hari Jumat, 24 November 2023. Pada hari yang sama, Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan bahwa tembakan Israel pada jam-jam terakhir sebelum gencatan senjata menewaskan seorang wanita dan melukai setidaknya tiga orang lainnya.

Seorang reporter Al Jazeera, Osama Bin Javaid melaporkan bahwa ada "bau busuk kematian" di luar rumah sakit "saat mayat-mayat yang hangus dan membusuk, termasuk anak-anak, menumpuk di sudut-sudut rumah sakit".

Rumah Sakit Indonesia yang didanai oleh sumbangan rakyat Indonesia dan berbagai organisasi kemanusiaan di Indonesia diresmikan pada tahun 2016 oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu, Jusuf Kalla. Sarbini Abdul Murad, kepala MER-C di Jakarta mengatakan bahwa serangan terhadap rumah sakit tersebut merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan bahwa Indonesia harus berbuat lebih banyak untuk menuntut pertanggungjawaban Israel.

Baca Juga: Kapan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Dibuka Lagi? Belum Ada Kejelasan Setelah Hancur Akibat Serangan Israel

Namun, pengaruh Indonesia mungkin terbatas mengingat Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan rumah sakit ini tidak dimiliki oleh Negara Indonesia (secara legal) karena merupakan sumbangan untuk masyarakat Gaza. "Rumah Sakit Indonesia dibangun dengan sumbangan dari warga negara Indonesia dan mengibarkan bendera Indonesia sebagai simbol persahabatan (antara Indonesia dengan  Palestina)," kata Sarbini.

"Yang bisa kami lakukan di MER-C adalah mewakili masyarakat Indonesia dan mendorong pemerintah Indonesia dan kementerian luar negeri untuk membawa kasus ini ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC)," lanjutnya. "Semua pihak harus melobi ICC, terutama lima negara besar (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB: Cina, Perancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat), dan menyerukan gencatan senjata permanen," tambahnya.

Sarbini mengatakan belum ada rencana untuk mengevakuasi ketiga relawan Indonesia secara permanen dari Gaza, karena saat ini masih memberikan bantuan kemanusiaan kepada para korban yang terluka dan mengungsi di Khan Younis. Untuk saat ini, Fikri dan rekan-rekannya sedang mempelajari situasi yang ada dan mencari cara terbaik untuk membantu masyarakat Gaza.

Baca Juga: Hari ke-50 Perang Israel-Hamas: Berikut Daftar Peristiwa Penting yang Terjadi Sabtu 25 November 2023

Relawan MER-C
Relawan MER-C
Ia mengatakan, mereka diberi makan dengan baik setelah bertahan selama berhari-hari dengan jatah makanan dan air yang semakin menipis di Rumah Sakit Indonesia yang sudah dikepung tank Israel. "Alhamdulillah, kami memiliki cukup makanan di sini sekarang dan ada orang-orang yang menjual persediaan di sekitar Rumah Sakit Eropa di Khan Younis," kata Fikri.

"Kami makan kentang goreng, terong goreng, dan paprika goreng. Kadang-kadang kami bisa mendapatkan nasi dengan sedikit daging, dan kadang-kadang kami makan makanan lokal seperti roti dan hummus," tutur Fikri.***

Editor: Helma Apriyanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah