Balai Bahasa Provinsi Jabar Lestarikan Bahasa Sunda, Inilah Alasannya!

18 September 2021, 08:17 WIB
Dadan Sutisna, ahli komputerisasi aksara Sunda, sedang menyampaikan materi pentingnya aksara Sunda diajarkan di sekolah sebagai bagian dari pelestarian bahasa dan sastra daerah, di hadapan para guru bahasa Sunda di Hotel Grand Sunshine Soreang Bandung, Kamis, 16 September 2021.* /Istimewa untuk kabar-priangan.com/

KABAR PRIANGAN - Guru bahasa Sunda dari SD dan SMP se-Jawa Barat tiga hari ini diundang Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat.

Mereka diberi pembekalan tentang Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah. Selain itu diundang para pengawas dan perwakilan Dinas Pendidikan dan komunitas budaya. Semua dilakukan agar bahasa Sunda bisa dilestarikan dan dikembangkan penuturnya.

Para guru diberikan pelatihan cara ngadongeng (bercerita), biantara (berpidato), ngarang carita pondok (menulis cerpen), nembang pupuh (menyanyikan tembang pupuh), maca jeung nulis aksara Sunda (membaca dan menulis aksara Sunda), maca sajak (membaca puisi), dan ngabodor sorangan atau borangan (stand up comedy Sunda).

Pelatihan berlangsung di Hotel Grand Sunshine Soreang, Kabupaten Bandung, 14—17 September 2021.

Baca Juga: MGMP PAI Gelar Workshop untuk Guru PAI SMA dan SMK Se Kota Tasikmalaya

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Prof. Dr. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D., saat membuka kegiatan tersebut mengatakan, semakin hari penutur bahasa daerah terus berkurang.

Menurut Badan Pusat Statistik, penutur bahasa Sunda dalam kurun sepuluh tahun terakhir berkurang dua juta orang.

"Ini mengkhawatirkan karena kita tahu bahasa daerah adalah pendukung bahasa nasional dan bagian dari kekayaan kebudayaan kita. Kita harus ikut memperjuangkan agar bahasa daerah tumbuh dan berkembang,” ujarnya.

Data yang dimiliki oleh Badan Bahasa menyebutkan, bahwa saat ini ada sekitar 718 bahasa daerah di seluruh wilayah Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlahnya terus berkurang.

Menurut Aminudin, melestarikan bahasa daerah sebenarnya bukan tugas pokok Badan Bahasa.

“Tetapi, jika ada bahasa daerah yang punah, orang kemudian bertanya kenapa bisa mati, padahal kita punya Badan Bahasa,” tuturnya.

Baca Juga: Berhasil Membongkar Sindikat Perdagangan Orang, 11 Anggota Reskrim Polres Tasikmalaya Dapat Penghargaan

Kepunahan bahasa daerah terjadi antara lain karena desakan globalisasi dan pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Tetapi Aminudin menegaskan, bahwa pihaknya juga tidak menginginkan bahasa daerah punah. Selain sebagai pendukung hidupnya bahasa nasional, juga karena alasan-alasan pelestarian kebudayaan.

Aminudin juga menyampaikan kesimpulannya setelah menganalisis hasil-hasil penelitian tentang pengembangan dan pelestarian bahasa.

Menurutnya, salah satu cara efektif melestarikan dan mengembangkan sebuah bahasa adalah melalui jalur pendidikan. Oleh karena itu, Badan Bahasa kemudian mendesain program pelindungan dan pengembangan bahasa daerah terutama untuk penutur muda di sekolah.

Baca Juga: Operasi Patuh Lodaya 2021 Segera Digelar. Ini Penjelasan Kasatlantas Polres Sumedang

Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Dr. Syarifuddin, M.Hum., mengatakan, pihaknya menyelenggarakan kegiatan pelestarian dan pengembangan bahasa daerah berdasarkan aspirasi dari masyarakat dan komunitas budaya.

Kegiatan ini kemudian menjadi percontohan di lingkungan Badan Bahasa dengan menyertakan dua Balai Bahasa lain, yakni Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah.

“Alur kegiatannya kami rancang sedemikian rupa agar dampaknya dirasakan masyarakat. Dimulai dari rapat koordinasi dengan para pihak, pelatihan guru master, diseminasi di kabupaten kota, hingga pada evaluasi berbentuk lomba (pasanggiri). Namun pasanggiri bukan tujuan utama kami. Tujuan utamanya adalah menanamkan kecintaan dan kebiasaan pada penutur muda untuk menggunakan bahasa daerah,” ungkap Syarifuddin.

Baca Juga: Siapapun Rektornya Nanti, Unsil Didorong Jadi BLU

Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, tuturnya, sudah melakukan dua tahap kegiatan. Pertama rapat koordinasi pada 7-9 September 2021 lalu, dan diseminasi pada guru master pada 14-17 September 2021 kemarin.

Pada kegiatan diseminasi, Balai mengundang 140 perwakilan guru SD dan SMP serta pengawas, untuk dibekali materi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah. Pelatihan bersifat ToT, karena guru yang diundang adalah guru master.

Untuk implementasi di kabupaten/kota di Jawa Barat, Balai Bahasa telah menginstruksikan Dinas Pendidikan setempat agar ikut mendukung dan mengawal program ini sampai diselenggarakannya pasanggiri di tingkat provinsi.

“Pasanggiri dilakukan berjenjang. Pertama-tama dilakukan di kabupaten/kota. Para juaranya nanti kita undang untuk mengikuti pasanggiri di tingkat provinsi,” ujar Syarifuddin. (Nazarudin Azhar)***

 

Editor: Teguh Arifianto

Tags

Terkini

Terpopuler