Perhutani dan Peneliti Unsil Tasikmalaya Dukung Gunung Cakrabuana Jadi Kampus Alam, Satu-satunya di Indonesia

9 Januari 2022, 22:12 WIB
Seekor amfibi spesies Chalcorana Chalconota di kawasan Gunung Cakrabuana yang berhasil dipotret Diki Muhamad Chaidir, seorang peneliti Unsil Tasikmalaya.* /Kabar-Priangan.com/Dok. Diki Muhamad Chaidir

KABAR PRIANGAN - Kegiatan Mountain Jungle Course (MJC) 2021 yang digelar di kawasan Gunung Cakrabuana (1721 Mdpl) akhir tahun 2021 telah memuculkan gagasan untuk menjadikan kawasan itu sebagai kampus alam.

Ide dijadikan kampus alam tersebut dicetuskan Kepala Sekolah MJC 2021 Rudi Firdaus dan 48 peserta MJC se-Indonesia. Usulan itu pun mendapat dukungan dari Manager Eiger Adventure Service Team Galih Donariko.

Mengetahui kawasan itu akan dijadikan kampus alam, peneliti dari FKIP Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya maupun Perhutani KPH Tasikmalaya bungah. Diki Muhamad Chaidir, pegiat kepecintaalaman yang juga dosen biologi itu karuan senang dengan adanya inisiatif itu.

Baca Juga: Warga Cineam Tasikmalaya Digegerkan Sosok Pria Tergantung di Pohon Duku, Kemungkinan Sudah Empat Hari

Soalnya, selama ini belum ada satu kawasan pun di Tanah Air yang dijadikan kampus alam. Apalagi sejak beberapa tahun lalu, ia dan kawan-kawan intens melakukan observasi mengenai kekayaan alam yang tersimpan di gunung tersebut.

Dalam observasi awal, Diki yang juga penggemar fotografi menemukan beberapa spesies hewan endemik yang masuk dalam kategori dilindungi lantaran populasinya sudah sangat terbatas.

Di hutan basah yang terletak di Blok Cibunar, Desa Sukapada, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, kerap dijumpai salah satu jenis primata dilindungi yakni Lutung Jawa (Trachypithecus auratus).

Baca Juga: Mobil Tayo di Tasikmalaya Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang Saat Hujan Deras, Sopir Luka Berat Dilarikan ke RS

Selain itu, di kawasan hutan itu juga sering terlihat beberapa jenis elang, seperti Elang Hitam dan Elang Ular Bido yang merupakan jenis dilindungi seperti diatur dalan P.106/MENLHK/SETJEN/ KUM.1/12/2018 tentang Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Jenis hewan amfibi juga menjadi perhatian dia. Hanya sejauh ini, hewan amfibi yang baru ditemukan di antaranya Percil Jawa/Javan Chorus Frog (Microhyla acathina) dan Kongkang Kolam/ Schelegel’s Frog (Chalcorana chalconota).

"Kedua jenis amfibi ini merupakan spesies yang memiliki jumlah yang sangat terbatas. Jadi ketika ada dukungan untuk dijadikan kampus alam, para peneliti bisa lebih semangat dalam menggali beragam warisan alam yang ada di kawasan itu," ujar Diki, Minggu 9 Januari 2022.

Baca Juga: Ratusan Monyet Serang Permukiman Warga di Ciamis, Bikin Aparat Desa Margaharja Bingung Mengatasinya

Dia pun yakin ke depan akan lebih banyak peneliti yang tertarik datang dan hal itu akan sangat bermanfaat untuk kehidupan. Dengan banyaknya penelitian, referensi atau temuan baru bukan mustahil ditemukan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat.

"Dengan sendirinya pengunjung pun akan lebih banyak datang untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang ada serta diharapkan tergerak untuk sama-sama melestarikannya," ujar Diki kepada Kabar-Priangan.com/ Harian Umum Kabar Priangan.

Khusus untuk amfibi, dia memandang perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk menginventarisasi berbagai jenis yang ada di sana, mengingat wilayah Gunung Cakrabuana memiliki wilayah perairan yang sangat baik terutama bagi habitat amfibi.

Baca Juga: Mulai Besok Senin Pemkot Tasikmalaya Izinkan PTM 100%, Namun Kapasitas Ruang Kelas Tetap Dibatasi

"Jadi saya sangat mendukung kalau Gunung Cakrabuana ini dijadikan laboratorium alam, karena semua perguruan tinggi di wilayah Priangan Timur atau Jawa Barat umumnya pasti sangat membutuhkan sarana penelitian seperti ini," tuturnya.

Sebelumnya, Kasubsi Ekowisata dan Agrowisata mewakili Administratur Perum Perhutani KPH Tasikmalaya, Heru Rahayu, menyambut baik usulan para pegiat alam dari berbagai kota di Jawa Barat yang mengusulkan Gunung Cakrabuana untuk dijadikan kampus alam.

Inisiator Kampus Alam Galih Donikara bersama Irwan Kweceng Irawan mengungkapkan inisiatif ini muncul lantaran melihat potensi sumber daya manusia di Tasikmalaya yang cukup banyak.

Baca Juga: Lahan di Garut Dalam Kondisi Kritis, Helmi Budiman: Mari Tiada Hari tanpa Tanam Pohon

Jumlah yang terdata, ada sekitar 105 kelompok pecinta alam tersebar di kota dan Kabupaten Tasikmalaya, ditambah para relawan yang diperbantukan di BPBD, Dinas Sosial, dan PMI.

"Kawasan Cakrabuana ini memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dijadikan sarana pelatihan survival. Selain itu di sini banyak lembah dan tebing yang dapat digunakan untuk latihan vertikal rescue untuk para relawan kebencanaan, termasuk TNI dan Polri," kata Galih.

Namun ia menyayangkan di kawasan yang berstatus hutan produksi ini masih banyak berkeliaran para pemburu liar. Padahal di sana banyak fauna yang harus dilindungi. Galih juga berharap sebagian kawasan Gunung Cakrabuana statusnya dinaikkan menjadi kawasan hutan lindung.*

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler