Seorang Anak Meninggal Usai Divaksin. Kadinkes Kota Tasikmalaya: Ada Penyakit yang Mendasarinya

18 Januari 2022, 09:30 WIB
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya Uus Supangat membenarkan adanya anak yang meninggal dunia usai mendapatkan suntikan vaksinasi. /kabar-priangan.com/Asep MS/

KABAR PRIANGAN - Memasuki awal tahun 2022, masyarakat Kota Tasikmalaya diminta waspada akan wabah penyakit demam berdarah (DBD) yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Seorang anak berusia 10 tahun warga Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya dikabarkan meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tasikmalaya akibat penyakit tersebut, Senin 17 Januari 2022 kemarin.

Sebelum meninggal, korban sempat mendapatkan suntikan vaksinasi di Kersamenak pada Sabtu 15 Januari 2022.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Borneo FC vs Persib Bandung BRI Liga 1 2021/2022, Malam Ini Pukul 18.15 WIB

Usai divaksin, korban mengalami kejang-kejang dan penurunan kesadaran sebingga korban dilarikan ke rumah sakit pada Minggu 16 Januari 2022.

Saat di konfirmasi, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Tasikmalaya Uus Supangat membenarkan adanya anak yang meninggal dunia usai mendapatkan suntikan vaksinasi.

Uus mengatakan awalnya anak tersebut diduga mengalami KIPI atau kejadian ikutan pasca imunisasi murni.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 18 Januari 2022: Evaluasi Hubungan Cancer dan Putuskan Pasangan Virgo. Bangaimana dengan Leo?

Namun setelah mendapatkan pemeriksaan medis jelas Uus, ternyata ada penyakit lain yang mendasarinya sehingga fatalitasnya akut yang diakibatkan expandi Dengue demam berdarah.

“Saya sudah bicara panjang lebar dengan dokter DPCP dari picu dari dokter penanggung jawab bagian perawatan intensif di RSUD. Termasuk dengan Ketua KIPI, juga dengan dokter pesialis anak dan mereka menyampaikan bahwa setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ada penyakit lain yang mendasarinya,” ujar Uus.

Kata Uus, menurut medis penyakit seperti itu dikenal dengan namanya KIPI koinsidens atau KIPI yang memang ada penyakit yang mendasarinya.

Baca Juga: Prediksi Susunan Pemain Borneo FC vs Persib Bandung di Laga Pekan ke-20 BRI Liga 12021/2022

"Jadi yang menyebabkan fatalitas pada anak tersebut belum bisa dipastikan karena imunisasi, namun akibat ada penyakit yang mendasarinya," jelasnya.

Kemudian lanjut Uus, kenapa dikatakan sebagai expanded dengue syndrome, itu karena sudah menyebabkan kerusakan dibeberapa organ yang ada di encephalopati kemudian ada kegagalan akut pada hatinya ditandai denga SGOT dengan SGPT-nya sangat tinggi.

"Jelasnya sudah terjadi kegagalan akut pada liver kemudian juga terjadi encelopati. Artinya bahwa expanded dengue yang erjadi pada anak ini yang memang menyebabkan kematiannya," katanya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 18 Januari 2022: Capricorn, Aquarius, Pisces. Keuanganmu Akan Meningkat

Sehingga ujar Uus, dalam kasus tersebut supaya dipahami oleh masyarakat jangan sampai ada pemahaman bahwa kasus ini karena KIPI murni atau tidak ada penyakit yang mendasarinya.

"Jangan sampai menyimpulkan penyebab kematiannya ini pasti karena KIPI setelah divaksin. Tidak seperti itu," ujar Uus.

Walaupun sebelum masuk rumah sakit sempat divaksin, dari tanda-tanda laboratorium dan tanda hasil pemeriksaan medis yang dilakukan, sebelum divaksin ternyata sudah didahului oleh penyakit yang dideritanya yaitu demam berdarah atau expand dengue syndrome.

Baca Juga: LIVE Borneo FC vs Persib Bandung. Simak Jadwal Acara Indosiar Selasa, 18 Januari 2022

“Kemungkinan besar saat divaksin kondisi si anak ada pada fase inkubasi akhir karena demamnya demam akut. Kebetulan anak itu sudah divaksin sehingga seolah-olah kematiannya karena vaksin. Padahal terjadi karena ada penyakit yang mendasarinya, atau istilah kita dikenal dengan KIPI koinsidens," katanya.***

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler