Ingin Tahu Cara Menentukan 1 Ramadhan? Simak Penjelasan Ustadz Abdul Somad

1 April 2022, 09:17 WIB
Ustadz Abdul Somad menjelaskan tentang tiga cara dalam menentukan 1 ramadhan.* /Tangkap layar Youtube Ustadz Abdul Somad Official/

KABAR PRIANGAN – Setiap datangnya Bulan Ramadhan atau Idul Fitri, umat muslim di Indonesia selalu bertanyat-tanya kapan datangnya Bulan Ramadhan atau kapan puasa 1 Ramadhan dimulai.

Penentuan awal dan akhir Ramadan dapat dilakukan melalui salah satu dari tiga cara.

Dikutip dari kanal YouTube Positif Channel, Ustadz Abdul Somad menjelaskan mengenai Masalah Tiga Cara Menentukan Awal Akhir Ramadhan.

Baca Juga: Persib Bandung Tutup Kompetisi BRI Liga 1 2021 dengan Hasil Imbang, Abdul Aziz Sampaikan Kekecewaannya

Menurut Ustadz Abdul Somad, cara yang pertama yaitu dengan, Rukyatul hilal (melihat bulan sabit), yaitu melihat hilal (bulan baru/sabit). Cara ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

لاَ تَصُوْمُوا حتَّى تَرَوا الْهِلاَلَ، وَلاَ تُفْطِرُوا حتى تَرَوْهُ

“Janganlah berpuasa (Ramadhan) sehingga kalian melihat hilal dan janganlah berhari raya sehingga kalian melihat hilal.” (HR Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Terindikasi Adanya Sepakbola Gajah, Persib Bandung dan Barito Putera Digugat Pengacara Papua

Hadits lain menegaskan bahwa cara menentukan awal Ramadan adalah dengan melihat bulan sabit.

(صُوْمُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ).

“Berpuasalah jika telah melihat hilal dan berharirayalah bila telah melihat hilal”. (HR Bukhari dan Muslim).

Jumhur ulama mencukupkan bahwa hasil rukyat yang dilakukan seorang muslim yang dapat dipercaya dan tidak cacat dalam agamanya (adil) dapat dijadikan sebagai landasan untuk memutuskan tentang awal bulan Ramadan.

Baca Juga: Kisah Nyata Arul Miftahul Huda Diangkat ke Film Pendek, Dari Dituduh Mencuri namun Jadi Anak Asuh Polisi

Hal itu berdasarkan hadits Ibnu Umar yang berkata bahwa :

“Ketika semua orang sedang memantau awal bulan maka sayalah yang melihatnya, lalu saya laporkan kepada Nabi kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan menyuruh seluruh kaum muslimin untuk berpuasa”. (HR Abu Dawud, al-Baihaqi dan ad-Daruquthni).

Kedua, Menyempurnakan bulan Sya’ban menjadi 30 hari

Ketika para perukyat tidak berhasil melihat hilal pada tanggal 29 bulan Sya'ban baik keadaan langit berawan, mendung atau cerah, maka cara menentukan awal bulan Ramadhan dalam keadaan seperti ini adalah menjadikan bilangan bulan Sya'ban menjadi 30

Baca Juga: Dugaan Korupsi di Desa Cikoneng, Formaci Resmi Melapor ke Kejari Ciamis

Pandangan ini didasarkan kepada Sabda Nabi

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته، فإن غبي عليكم فأآملوا عدة شعبان ثلاثين

Dari Abu Hurairah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Berpuasalah jika telah melihat hilal dan berhari rayalah bila telah melihat hilal, apabila terhalang oleh mendung maka sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari”. (HR Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: 772 CPNS dan P3K Pemkab Tasikmalaya Terima SK, Bupati: Tugas dan Tanggung Jawab Bapak-Ibu Jangan Dirusak!

الشهر تسع وعشرون ليلة، فلا تصوموا حتى تروه، فإن غم عليكم فأآملوا العدة ثلاثين

“Bulan (Sya’ban) itu dua puluh sembilan malam, maka janganlah puasa hingga kalian melihatnya (hilal) apabila terhalang oleh mu mendung maka sempurnakan menjadi tiga puluh malam.” (HR Bukhari)

Ketiga, Memperkirakan bulan sabit.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:

(لا تصوموا حتى تروا الهلال، ولا تفطروا حتى تروه، فإن غم عليكم فاقدروا له).

terhalang olehmu mendung maka perkirakanlah” (HR Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Muhammadiyah Dipastikan Mulai Berpuasa Sabtu 2 April 2022, NU Bakal Ikuti Hasil Sidang Isbat

Sebagian ulama, seperti; Muthrif bin Abdullah, Abul Abbas bin Suraij dan Ibnu Qutaibah berpendapat bahwa maksud faqdurulah adalah perkirakanlah bulan sesuai dengan menzilahnya (posisi orbitnya).

Pendapat Abul Abbas Ibnu Siraj dari kalangan ulama Syafi'iyyah, mengatakan bahwa orang yang mengetahui awal Ramadhan melalui ilmu falaqnya, maka dia wajib berpuasa. (lihat al-Majmuk oleh an-Nawawi; 6/279,280).

Cara ketiga untuk penentuan awal bulan mengundang perhatian lebih luas bagi para ulama kontemporer dan ahli dengan berkembangnya ilmu falaq modern.

Baca Juga: Finish di Peringkat Dua, Persib Tutup Kompetisi dengan Hasil Imbang Saat Melawan Barito Putera

Sebagaimana dikutip oleh Syeikh Yusuf al-Qardhawi, Ahmad Muhammad Syakir, Mustafa Zarqa' berpandangan bahwa dengan berpedoman kepada ilmu falaq modern yang mana teori-teori yang dibangun berdasarkan ilmu yang pasti dan perhitungan yang sangat teliti.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi

Tags

Terkini

Terpopuler